Kemenperin Tumbuhkan Inovasi Produk Furniture Khas Indonesia

Loading

tono4

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Trend furniture dunia yang kian berubah dan berkembang menuntut perhatian lebih dari para pelaku industri berbasis agro tersebut dalam upaya peningkatan daya saing produknya.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus menumbuhkan kesadaran berinovasi bagi para pelaku industri furniture sehingga mampu menciptakan karya kreatif namun tetap dengan inspirasi budaya lokal yang dapat menyesuaikan selera pasar dalam negeri maupun ekspor.

Demikian dMenteri Perindustrian dalam sambutannya yang dibacakan Dirjen Industri Agro Panggah Susanto pada pembukaan Pameran Furniture dan Produk Interior di Plasa Pameran Industri, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (3/11).

“Pada kesempatan ini, saya berharap agar kita semakin meningkatkan penggunaan produk furniture dan kerajinan produksi dalam negeri,” tuturnya.

Pameran yang berlangsung selama empat hari, tanggal 3 – 6 November 2015 dan dibuka untuk umum mulai pukul 09.00 – 17.00 WIB, diikuti sebanyak 22 perusahaan dan instansi yang terdiri atas 18 peserta industri furniture dan kerajinan serta 4 peserta non-industri yang terdiri dari LSM, pemerintah daerah, serta himpunan desainer furniture. Peserta dari sentra-sentra industri diantaranya berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan peserta dari daerah sentra bahan baku adalah dari Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Panggah mengatakan, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri furniture dan kerajinan nasional karena merupakan salah satu industri prioritas yang mampu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan. Industri ini juga didukung dengan sumber bahan baku berupa kayu, rotan maupun bambu.

“Daya saing industri furniture dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan serta didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal serta ditunjang oleh sumber daya manusia yang cukup kompeten,” paparnya.

Panggah mengingatkan, tantangan ke depan yang harus dihadapai para pelaku industri nasional adalah pemberlakuan Asean Economic Community (AEC) pada akhir tahun 2015. “AEC ini diharapkan dapat menjadi komunitas kerjasama antar negara-negara ASEAN. Namun, AEC juga dapat menjadi peluang atau ancaman bagi industri dalam negeri khususnya industri furniture dan kerajinan,” ujar Panggah.(sabar)

TAGS