Limbah Tembok Jadi Bahan Bangunan Berkualitas

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

BANTUL, (TubasMedia.Com) – Ini awal terbentuknya SNI (Suharto, Nijam dan Imam Sutyarna). Suharto, yang kuliah di UGM, merasa tidak tenang kalau tidak menemukan sistem dalam pembuatan rumah dengan harga murah dan cepat. Suharto yang sehari-harinya bergelut di dunia kontraktor, kemudian menemui Nijam serta Imam Setyarna, dosen UGM.

Mereka bertiga pun membicarakan soal kepraktisan membangun rumah. Kemudian tiga sekawan ini mencetuskan ingin membuat tembok cetak yang bahannya terbuat dari limbah tembok. Maka muncul kesepakatan untuk membentuk kelompok produksi yang disebutnya SNI.

Mulanya, produksi tembok cetak yang diuji di UGM tersebut belum disosialisasikan ke masyarakat, karena masih diteliti bahan yang terbaik untuk campuran tembok cetak itu. Sewaktu terjadi gempa bumi tahun 2006, tiga sekawan yang tergabung di SNI terketuk hati membantu warga Bantul yang mayoritas rumahnya luluh-lantak.

Di sinilah karya SNI mulai disosialisasikan secara besar-besaran. Kemudian muncul tim dari Jepang menanyakan masalah tembok cetak produksi SNI. Setelah diuji tim ahli dari Jepang ternyata tembok cetak produk SNI memiliki kelebihan, yakni antigempa.

Menurut warga korban gempa yang pernah dibantu SNI, membuat rumah menggunakan tembok cetak lebih cepat dan praktis. Hanya dengan waktu satu bulan berapa pun yang diminta oleh pelanggan, tidak melihat luasnya sampai jumlah rumah yang mau dibangun, bisa dilaksanakan dalam waktu satu bulan. Biayanya sangat kompromis, lebih efisien.

Menggunakan sistem tembok cetak, waktu singkat dan jika dihitung lebih hemat, tegas Parto, Parjo, Parmin dan Bu Sri, penduduk Sewon dan Samas, korban gempa yang pernah dibantu SNI. Sejauh itu, ketika tubasmedia.com mencoba menghubungi tenaga kerja di pabrik SNI, Samijan, menjelaskan, pengolahan tembok cetak sebelumnya limbah tembok dari rumah diolah.

Setelah adonan dari limbah tembok terolah dicampur dengan tepung bata, semen, dan pasir. Sedang kerangka tembok cetak dari pelat baja ringan dibentuk terlebih dahulu yang sudah dipersiapkan sebelum membuat tembok cetak.

Biasanya, kalau membuat tembok cetak seperti mau mengecor, digunakan triplek untuk membetuk tembok cetak. Sore dikerjakan, esok harinya sudah kering dan untuk membentuk bagian rumah, hanya membutuhkan waktu 3 minggu, yang satu minggu untuk finishing.

Secara terpisah, Suharto yang berhasil dihubungi, membenarkan keterangan warga yang pernah dibantu serta membenarkan pula keterangan pekerja SNI. Menurutnya, proyek membuat rumah membutuhkan waktu satu bulan. Mau bikin empat, lima, sepuluh atau pun luasnya sampai seribu meter, hanya membutuhkan waktu satu bulan.(bani)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS