Madura Impor Garam Konsumsi

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

PAMEKASAN, (Tubas) – Bagaikan ayam mati di lumbung padi. Madura yang dikenal sebagai Pulau Garam karena penghasil terbesar garam untuk memenuhi kebutuhan nasional, ternyata masih impor. Tak tangung-tanggung setiap bulan Madura digelontor 60 ribu ton garam dari luar negeri.

Sungguh ironis dengan kondisi ini. Masuknya garam impor itu sendiri karena sengaja didatangkan sejumlah perusahaan garam di Madura yang memproduksi garam konsumsi.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pamekasan Bambang Edy Suprapto SH mengatakan masuknya garam impor ke Madura rata-rata 60 ribu ton per bulan sudah berjalan dalam dua tahun terakhir. Ini terjadi tak lepas dari anomali cuaca yang mengakibatkan produksi garam Madura menurun drastis.

Banyaknya impor garam yang dilakukan kalangan pengusaha garam itu juga akibat kualitas produksi garam rakyat Madura dinilai menurun sehingga kurang cocok untuk produksi garam komsumsi.

“Kita harus bangkit bagaimana upaya agar kebutuhan garam untuk perusahaan di Madura ini tidak perlu mendatangkan garam dari luar. Kalau dua tahun sebelumnya karena cuaca yang kurang normal, semoga saja ke depan cuaca akan baik sehingga produksi garam rakyat Madura akan optimal dan kualitasnya juga baik,” katanya, Senin pekan silam.

Masuknya garam impor sudah diprediki Sekretaris Komite Garam Pamekasan Yoyok Efendy MM MBA. Dikatakan, dua tahun terakhir memang menjadi musim paling parah sepanjang sejarah pegaraman. Karena cuaca ekstrem yang cenderung hujan mengakibatkan produksi garam tidak bisa optimal. “Dengan kondisi seperti ini sudah pasti impor garam akan besar,” ujarnya.

Untuk wilayah Madura meliputi Sumemep, Pamekasan dan Sampang, dan Bangkalan lanjut Yoyok, terdapat lahan garam rakyat luasnya sekitar 6.600 hektar. Jika berproduksi normal akan menghasilkan sekitar 528 ribu ton dalam satu tahun. Sementara untuk garam yang dihasilkan PT Garam mencapai 300 ribu ton.

Sedangkan kebutuhan nasional garam konsumsi sekitar 1,4 juta ton dan kebutuhan garam industri mencapai 1,6 juta ton. “Jika produksi normal Madura menghasilkan 828 ribu ton. Untuk penuhi kebutuhan nasional bisa ditambah dengan produksi daerah lain misalnya Jateng, Jabar, NTB dan NTT. Sementara jumlah kebutuhan nasional mencapai 3 juta ton. Nah, karena kondisi cuaca rusak dan produksi gagal, maka tak bisa dielakkan terjadi impor garam besar-besaran itu,” katanya.

Langkah ke depan, Bambang mengatakan pemerintah membuat program Pugar (Pengembangan Usaha Garam Rakyat) yang dilakukan dalam mensukseskan program swasembada garam rakyat nasional 2012. Ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah produksi dan kualitas garam rakyat.

Program Pugar ini bersifat nasional. Madura termasuk wilayah pengembangan program ini dan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan RI pada tahun 2011 ini telah mengucurkan bantuan dana stimulan sebesar Rp 22 miliar berupa dana bantuan langsung masyarakat (BLM) yang diberikan melalui para kelompok petani garam. (tim)

CATEGORIES
TAGS