Memaafkan, Tetapi Sulit Melupakan (1)

Loading

Oleh: Benny Hartanto

ilustrasi

Pendahuluan

Di dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, tempat kerja maupun masyarakat umum, berbuat kesalahan itu sering tidak dapat dihindari. Kesalahan, kekeliruan, kealpaan atau kekhilafan dapat disebabkan oleh pemikiran atau perbuatan sendiri, seperti salah mengartikan, menanggapi atau menerima; melanggar peraturan, dan menganggap salah atau menimpakan kesalahan pada orang lain. Sebagai manusia biasa kita itu tidak sempurna, tidak luput dari kelemahan dan kesalahan.

Kesalahan bisa terjadi pada setiap orang. Bahkan orang baik pun bisa berbuat kesalahan. Jadi, sikap kita terhadap siapa pun sebaiknya jangan mudah terkagum-kagum dan jangan mudah terkejut terhadap perilaku orang lain; pejabat, selebritis, public figure dan lainnya, tetapi juga jangan merendahkan pendapat dan perbuatan rakyat biasa atau yang tergolong penjahat sekali pun. Biasa-biasa saja menanggapinya dan tetap waspada, sehingga tidak terperdaya.

Jika kita ingin menebus kesalahan, jangan mencari-cari alasan (excuses), melainkan buatlah permintaan maaf. Dan sudah sewajarnya kita bisa memaafkan satu sama lain, agar kita bisa hidup dengan damai.

Mengakui Kesalahan Sendiri dan Meminta Maaf

Apabila memang merasa bersalah kepada orang lain, maka akuilah kesalahan tersebut dengan berani dan jujur. “Maafin aku ya kemarin lagi emosi ….” Itu ungkapan yang sering dilontarkan. Orang yang mau meminta maaf (apology) lebih dahulu termasuk orang yang paling berani. Meminta maaf bukan berarti kita benar-benar bersalah. Mungkin hal itu dilakukan demi menjaga hubungan baik atau persaudaraan, juga untuk membabarkan kasih sayang kepada sesama. Tetapi apabila permintaan maaf itu tidak dilakukan secara tulus, itu namanya pura-pura atau tidak sungguh-sungguh, dan hal ini dapat berakibat buruk buat diri sendiri.

Kadang-kadang mengatakan maaf adalah hal yang cukup sulit diantara kita, tetapi ini sebenarnya merupakan hal yang termurah untuk mendapatkan hasil yang termahal berupa hubungan baik. Dibutuhkan jiwa yang lebih kuat untuk mengakui kesalahan, menyadari pentingnya arti kesalahan dan mengambil pelajaran dari kesalahan itu. Dengan pengakuan salah dan permohonan maaf akan menghapus semua rasa penyesalan dan membuat kita menjadi orang yang lebih baik di mata kita sendiri serta meningkatkan nilai sosial kita.

Mengakui kesalahan sendiri, misalnya menfitnah dan kurang halus budi pekerti yang bertentangan dengan kelakuan baik yang susila, harus segera disadari sebelum balasan datang. Kemudian berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

Barang siapa sudah menyadari akan kesalahannya itu termasuk orang yang sudah mengerti hakikat kemanusiaannya, ialah manusia yang berbudi pekerti. Pengakuan bersalah, selain akan merasa lega, juga mengurangi dosa. Bapak Pangrasa mengatakan: “Ketahuilah, orang yang sudah mau mengakui dosanya atau kesalahannya itu sudah berarti mengurangi bobot dosanya; andaikan dihukum setahun, tinggal menjalani enam bulan atau meringankan jatuhnya hukuman yang harus dijalani.” (Olah Rasa di dalam Rasa, thn 2013hlm. 86)

Sedangkan orang yang tidak mau mengakui kesalahannya, maka perbaikan tidak dapat diharapkan darinya. Sehingga kesalahan serupa dapat terulang lagi. Bilamana yang dimintai maaf tidak mau memaafkan, itu bukan urusan kita. Tentunya Tuhan telah mengetahui niat baik kita. Disisi lain, apabila kita disangka dan dituduh melakukan kesalahan, padahal itu tidak benar, maka perlu dijelaskan atau diklarifikasi. Selanjutnya tidak perlu ditanggapi agar tidak berlarut-larut. Yang lebih penting setelah mengakui kesalahan, berniat untuk memperbaiki diri, harus mau bertobat kepada Tuhan dan berjanji tidak akan mengulangi tindakan yang tidak sesuai dengan perintah Tuhan atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Ketika orang lain berbuat kesalahan kepada kita, maka sikap yang harus diambil adalah jangan diingat-ingat. Kejahatannya hendaklah ditutupi dengan kebaikan orang itu atau kebaikan orang itu hendaklah diingat-ingat, sehingga dapat menghilangkan atau menutupi kejahatannya. Apabila kita dapat berlaku demikian, maka kasih-sayang kita kepada sesama hidup tidak akan pernah surut. Memang tidak mudah untuk bersikap demikian, tetapi itu adalah hal yang sebaik-baiknya harus dilakukan.

Memaafkan (forgiveness, pemberian maaf, pengampunan) berarti melepaskan sakit hati, kekesalan. kekecewaan, dan sejenisnya di masa lalu. Walaupun memaafkan tidak mengubah masa lalu, tetapi memperluas masa depan. Siapa tahu orang yang pernah punya masalah dengan kita justru akan menjadi mitra kerja atau pertemanan dan persaudaraan yang penting. Memaafkan itu sebenarnya untuk kepentingan kita, bukan demi dia, oleh karena kita sendiri yang akan merasakan manfaatnya, yaitu berupa ketenangan batin.

Bagi yang ingin memiliki budi pekerti yang baik, lebih baik memaafkan daripada menyalahkan atau menghakimi. Walaupun kita tahu bahwa seseorang itu bersalah, tetapi kita harus pandai-pandai bersikap. Kalau mau menunjukkan kesalahannya, harus dijaga jangan sampai menyinggung perasaannya. Tetapi kalau tidak mengetahui kesalahan dan permasalahannya, jangan sekali-sekali menyalahkan atau menghakimi. (bersambung…)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS