Memompa Balon Ekonomi

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

SEMUA negara di dunia, baik yang manajemen ekonominya beraliran liberal maupun sosialis semua berusaha untuk membangun perekonomiannya untuk mensejahterakan dan memakmuran bangsanya. Keduanya berorientasi untuk selalu mengejar agar seluruh output ekonominya besar dan setiap tahun tumbuh mengesankan.

Mereka memompa balon ekonominya dengan berbagai instrumen, baik menggunakan instrumen moneter, fiskal maupun administratif dalam arti yang luas. Yang dipompanya adalah investasi, belanja konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, ekspor dan juga impor. Kalau mompanya benar dan selalu terkelola dengan baik, maka balon ekonomi akan mengembang sesuai dengan proses pemompaannya.

Yang idial adalah bertahap sesuai dengan perkembangan supply dan demand. Kalau proses pemompaannya sembrono, gegabah, ceroboh dan tidak terkelola, yang penting mengembang cepat dan membesar, maka balon tersebut bisa meletus dan letusannya pasti mengagetkan. Bisa membuat orang jantungan dan shock dan akibatnya bisa serius dan fatal.

Krisis ekonomi dunia 1998 sangat dahsyat letupan balonya dan semua negara kena imbasnya dengan konsekwensi balon ekonominya mengempes rata. Indonesia pertumbuhan ekonominya minus padahal sebelumnya selalu tumbuh mengesankan diantara 7-8%. Krisis ekonomi tahun 2008 juga menghasilkan balon ekonomi dunia meledak lagi dalam tempo 10 tahun. Dahsyat letusannya.

Lehman Brothers jatuh pailit. Merryl Linch dan Citigroup ikutan rontok. Efek dominonya menyebabkan kebangkrutan pada General Motors, Ford dan Chrysler. Pengangguran di AS sontak meningkat 6,7%. Negara-negara di Asia, balon ekonomi ikut kempes. Di tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Jepang negatif (-0,2%), China 9,7%, India 6,3% dan Indonesia melemah menjadi sekitar 4%.

Sekarang terjadi lagi krisis di zona Eropa dan AS lagi dan gonjang-ganjingnya juga membuat negara lain ikut repot, seperti China dan negara-negara lain, termasuk Indonesia. Jarak waktu antara krisis 2008 dan krisis di Zona Eropa dan AS tidak jauh, kurang dari 5 tahun. Kejatuhan demi kejatuhan ketika balon besar meletus senantiasa diikuti oleh balon-balon besar dan kecil, artinya perikatan antar negara di dunia akibat globalisasi begitu kuatnya saling mempengaruhi.

Bak seperti anak kembar satu indung telur, bila yang satu sakit, maka kembarannya ikut sakit juga. Balon yang kempes harus dipompa lagi agar kegiatan ekonominya rebound. Dalam kaitan ini berbagai progam stimulus digiatkan agar perekonomian menggeliat kembali. Perusahaan yang bangkrut, negara yang harus repot dan rakyat para penyumbang pajak dipaksa untuk berkorban karena adanya progam stimulus tadi.

Sepertinya tidak adil, tapi itulah realitasnya. Negara manapun pasti butuh kehadiran dunia usaha untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya. Mereka yang memompa pertumbuhan ekonomi. Pemerintah yang menyediakan alat pemompanya. Karena itu penggunaan alatnya harus tepat dan digunakan dengan tepat pula.

Para pelaku usaha pengguna pompa juga harus mengerti jangan sampai seenak wudele memakainya. Terlalu canggih dan royal dan adakalanya pingin cepat-cepat agar balonnya mengembang besar dlm tempo yang sesingkat-singkatnya demi keuntungan yang ingin diraihnya. Financial engenering dilakukan begitu rupa.

Window dressing juga dilakukannya agar tampak dari muka kinerja keuangannya bagus. Celakanya, pembuat alat dan pemilik pompanya cuman manyun tidak mengerti apa yang dikerjakan oleh dunia usaha dalam mengkapitalisasi asetnya. Tahunya balon ekonominya telah mengembang besar dan menghasilkan pertumbuhan yang tinggi tiap tahun. Menjadi kaget ketika tiba-tiba balonnya meletus, mending kalau hanya mengempes karena dampaknya berbeda.

Balon ekonomi bisa tumbuh kapan saja dan bisa meletus dan mengempes juga kapan saja. Siklusnya bisa panjang bisa juga pendek. Yang pasti tidak ada balon ekonomi yang tumbuh dan mengembang abadi disepanjang masa. Pada saat tertentu baik karena alasan teknis maupun non teknis, dia bisa meletus dan mengempes sewaktu-waktu. Inilah fenomena alam soal balon ekonomi.

Makanya kalau memompa balon jangan sembrono, pelan saja tapi pasti agar balonnya mengembang perlahan dan mantap. Anda tahu disetiap balon pasti ada noktah yang kalau dipompa buru-buru pasti meletus. Dalam ekonomi juga banyak noktah ada yang kasat mata kelihatan dan ada yang kasat mata tidak ketahuan. Karena itu semua geliatnya harus bisa diwaspadai dan dikelola dengan cermat agar jangan sampai balon itu meletus.

Mengempes bolehlah, meskipun pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak ada yang bersifat abadi. Yang abadi itu hanya kekuasaan Tuhan. Tangan manusia tidak selalu bersih adakalanya kotor. Jadi jangan heran kalau dipercaya mengelola balon ekonomi suka bersikap sembrono, lupa diri, pingin untung besar, ingin menjadi yang terbesar dan ingin memonopoli apa yang bisa dilakukannya karena pada diri manusia ada unsur perilaku nafsu serakah.

Dengan begitu, tidak ada yang bisa menjamin bahwa letusan dan pengempesan balon ekonomi tidak akan terjadi lagi. Selama keserakahan itu melekat pada diri manusia, kapan saja balon ekonomi dapat meletus tiba-tiba atau pelan tapi pasti akan mengempes. Semoga mudah difahami dan berguna bagi kita semua.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS