Menperin Ajak Generasi Muda Tangkap Peluang Era Ekonomi Digital

Loading

 

 

 

SAMBUTAN – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan sambutan pada Wisuda Sekolah Menengah Teknik Industri (SMTI) Yogyakarta dan D1 Politeknik Akademi Kimia Analis (AKA) Bogor di Yogyakarta, 4 November 2017. (tubasmedia.com/ist)

 

YOGYAKARTA, (tubasmedia.com) – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengajak kepada generasi muda Indonesia agar menangkap peluang usaha dari perkembangan ekonomi digital saat ini. Pasalnya, gelombang digitalisasi tidak hanya menjadi tantangan bagi pasar produk komersial, namun ke depannya juga akan merambah ke sektor industri.

“Untuk itu, perlu peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) sehingga mampu menghadapi gempuran digitalisasi industri. Salah satu kunci pengembangannya adalah mengasah keterampilan termasuk berbahasa Inggris,” ujarnya pada Wisuda SMK SMTI Yogyakarta dan Politeknik AKA Bogor di Yogyakarta, Sabtu (4/11).

Menurut Menperin, pasar ekonomi digital di Indonesia saat ini mencapai USD11 miliar dan diproyeksi meningkat menjadi USD110 miliar dalam lima tahun ke depan. “Industri digital dapat mendongkrak perekonomian nasional. Diharapkan, para lulusan wisuda mulai menyesuaikan serta bersiap menyambut tren teknologi industri dan Industry 4.0 sebagai keberlanjutan era ekonomi digital,” paparnya.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian telah melaksanakan program strategis dalam upaya meraih potensi tersebut melalui pendidikan vokasi. Konsep yang diusung adalah link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri. Tujuannya untuk menghasilkan para tenaga kerja yang sesuai kebutuhan dunia industri saat ini.

“Pertumbuhan industri ditentukan oleh tiga faktor, yaitu investasi, teknologi dan SDM. Ketersediaan SDM industri yang kompeten akan mendorong peningkatan produktivitas dan menjadikan industri lebih berdaya saing,” ungkap Airlangga.

Kemenperin juga memfokuskan untuk peningkatan fasilitas di SMK melalui kerja sama dengan industri sehingga bisa setara antara materi praktik dan proses produksi di perusahaan. “Selain itu, kami mulai memperbaiki kurikulum SMK dalam program vokasi ini,” imbuhnya.

Pada wisuda kali ini, terdapat 232 lulusan yang terdiri dari 218 lulusan SMK SMTI Yogyakarta dan 14 lulusan Program Diploma I Analis Kimia kerja sama SMTI Yogyakarta dengan Politeknik AKA Bogor. “Fasilitas di sini sudah sesuai dengan kebutuhan industri. Tadi saya melihat simulasi untuk proses di industri dan analisis kimianya memang sudah siap untuk di lapangan pekerjaan,” kata Airlangga.

Menperin menegaskan, seluruh unit pendidikan di lingkungan Kemenperin telah memiliki spesialisasi bidang industri tertentu dan didukung dengan sarana penunjang seperti ruang workshop, laboratorium, dan Teaching Factory yang sesuai dengan industri. “Kami juga lengkapi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK) untuk penyelenggaraan sertifikasi kompetensi,” ucapnya.

Menteri Airlangga menyatakan, lulusan SMK dan Politeknik di lingkungan Kemenperin, seluruhnya terserap di industri dalam waktu kurang dari enam bulan. “Misalnya di SMTI Yogyakarta, dalam kesempatan wisuda ini, penyerapannya sudah mencapai 97 persen, karena lulusan yang dihasilkan memiliki kompetensi sesuai kebutuhan industri. Capaian inilah yang ingin kami tularkan ke seluruh pendidikan vokasi di Indonesia, dan kami mulai dari SMK,” jelasnya.

Saat ini, Kemenperin memiliki 9 SMK, 9 Politeknik, dan 1 Akademi Komunitas yang telah menjadi rujukan bagi pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia karena berhasil membangun sistem pendidikan yang benar-benar berbasis kompetensi serta link and match dengan dunia industri.

Pusat Unggulan

Di sela kunjungan kerjanya di Yogyakarta, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengunjungi Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) serta Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP). Menperin berharap kedua balai besar di lingkungan Kementerian Perindustrian ini mampu menjadi pusat unggulan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan sektor industri di Kota Gudeg tersebut.

“Oleh karena itu, agar menjadi center of excellence, diperlukan langkah revitalisasi untuk memperbarui segala peralatan dan teknologinya sehingga dapat mengikuti permintaan pasar saat ini,” tuturnya. Misalnya, alat uji untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Alat pengujian ini diharapkan dapat mendukung pula kebutuhan para pelaku industri kecil menengah (IKM) yang ingin mendapatkan SNI,” kata Menperin. Terlebih lagi, di Yogyakarta, IKM batik merupakan salah satu sektor yang masih berpotensi tumbuh dan berkembang. “Dengan batik ber-SNI, produknya bisa lebih berdaya saing di tingkat global,” imbuhnya.

BBKB telah mengeluarkan batik mark untuk IKM yang memenuhi syarat, berupa label yang disematkan di produk untuk menjamin kualitas. Sertifikat batik mark tersebut berlaku selama tiga tahun setelah dikeluarkan dan IKM akan dievaluasi kembali untuk menjamin mutu produknya.

Dengan pelaku IKM mengajukan label batik mark, proses untuk menuju sertifikasi SNI batik lebih mudah karena telah memenuhi beberapa persyaratan, seperti memiliki merk dan izin industri. Setiap pelaku IKM batik dapat memiliki lebih dari satu sertifikat SNI, misalnya masing-masing satu sertifikat untuk batik tulis, cap dan kombinasi buatan mereka.

“Kami juga mendorong agar para pelaku IKM batik nasional untuk mengembangkan batik tulis atau batik peawarna alam sehingga produk batik IKM kita dapat naik kelas. Apalagi, proses pengembangan pewarnaan alam saat ini sudah go green, sehingga kita mempunyai nilai jual lebih,” paparnya. Selain itu, pelaku IKM batik juga perlu berinovasi dengan desain dan proses pembuatan batik.

Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara mengatakan, pihaknya terus mendorong seluruh balai-balai di bawah binaan BPPI Kemenperin untuk menghasilkan inovasi yang sesuai kebutuhan dunia industri saat ini. Tujuannya untuk meningkatkan daya saing produk nasional di tingkat global.

“Kami giat menggandeng sektor swasta agar ikut berkontribusi memajukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) pada sektor manufaktur,” ujarnya. Jumlah unit litbang di Kemenperin saat ini mencapai 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset Standardisasi (Baristand) Industri.

Ngakan menambahkan, Kemenperin berkomitmen memacu peran unit litbang yang dimilikinya agar gencar melakukan alih teknologi sebagai salah satu wujud nyata mendorong terjadinya pengembangan iptek di Tanah Air. “Hingga saat ini, Balai Besar dan Baristand Industri di bawah unit BPPI telah menghasilkan 93 paten yang terdiri dari 82 paten dan 11 paten sederhana,” ungkapnya. (ril/roris)

CATEGORIES
TAGS