Menperin Ingin Percepat Industri Petrokimia dan IKM di Papua

Loading

20160129-Menperin---StafSus

JAKARTA. (tubasmedia.com) – Potensi industri di Provinsi Papua dan Papua Barat dinilai sangat besar untuk dikembangkan. Sumber daya alam yang melimpah baik tambang dan pertanian serta kreativitas masyarakat setempat menjadi modal kuat.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan hal itu saat menerima Staf Khusus Presiden, Lenis Kogoya yang juga Ketua Masyarakat Adat Papua di Jakarta, Jumat (29/1/2016). “Kita optimistis dengan potensi Papua baik mineral, migas hingga industri kecil menengah berbasis kebudayaan. Semangat kita adalah meningkatkan nilai tambah yang dapat dinikmati masyarakat Papua,” ujar Menperin.

Untuk kerajinan, Kemenperin melalui Dirjen IKM misalnya telah mengembangkan noken, tas tradisional Papua dan memadukannya dengan beragam kreasi termasuk fesyen. Pada Desember 2012 noken telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan kebudayaan tak benda.

Menurut Dirjen IKM Euis Saedah, produksi pertanian dan perkebunan kawasan itu juga dapat dipacu dengan pemanfaatan pupuk organik cair yang telah digunakan antara lain di Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Staf Khusus Presiden, Lenis Kogoya mengatakan percepatan pembangunan perindustrian di Papua sangat diperlukan agar tidak mengalami ketertinggalan dari daerah lain. “Beberapa saran pengembangan antara lain untuk pengolahan buah merah sebaiknya di Tolikara dan buah merah di Wamena. Sedangkan produksi garam rakyat di Kabupaten Intan Jaya,” ujarnya.

Sementara itu di Kampung Harapan Kabupaten Jayapura, diperlukan bimbingan teknik dan bantuan alat produksi mebel karena telah ditetapkan sebagai pusat pelatihan industri kecil dan menengah.

Pada kesempatan itu, Menperin juga mengungkapkan pentingnya pengembangangan industri berbasis petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat. “Bintuni juga merupakan salah satu dari 14 kawasan industri di Indonesia yang akan kami kembangkan untuk memacu pemerataan industri luar Jawa,” kata Menteri Saleh.

Selain itu, Menperin menekankan, pemilihan petrokimia di Bintuni demi mewujudkan hilirisasi industri berbasis gas bumi. “Kita sangat serius untuk hilirisasi di Bintuni karena jika hanya mengeksplorasi gas alam maka tidak tercipta industri ikutan di sana dan beroperasi hanya sekitar 13 tahun. Tidak ada nilai tambah, lapangan kerja kurang optimal. Bandingkan jika ada industri petromikia yang menghasilkan pupuk, amonia dan lain-lain, operasional industri bisa berpuluh-puluh tahun,” ulasnya. (sabar)

TAGS