Pacu Produksi Baja Otomotif, Menperin: Posco Jangan Tanggung-tanggung

Loading

IMG_9709

GWAMYANG, KOREA SELATAN, (tubasmedia.com) – Terus masuknya investasi industri kendaraan bermotor mendorong Indonesia mengincar produksi baja untuk otomotif. Apalagi, Indonesia tengah mempercepat pembangunan infrastruktur, konstruksi, kapal dan industri lainnya seperti elektronika yang sangat membutuhkan pasokan baja.

“Ambil contoh saja, Toyota, Mitsubishi dan Suzuki terus menanamkan modal dan menambah produksi. Belum lagi bakal berdiri pabrik SGMW Wuling asal Tiongkok di Cikarang, itu jadi gambaran bagaimana kebutuhan baja ke depan yang spesifik untuk otomotif,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin di kantor pusat Pohang Iron & Steel Company (Posco), Seoul, Korea Selatan, Senin (7/12/2015).

Menperin bertemu dan berdialog dengan Chairman dan CEO Posco, Kwon Oh Joon dan mengunjungi pabrik baja milik Pohang Iron & Steel Company (Posco) di Gwamyang, Korea Selatan.

Di Indonesia, Posco telah bermitra dengan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) membentuk perusahaan patungan, Krakatau Posco yang mengoperasikan pabrik baja di Cilegon, Banten. Melalui dua tahap, total kapasitas produksi ditargetkan 6 juta ton baja per tahun.

Pada pembangunan tahap pertama, pabrik Krakatau Posco yang telah selesai dibangun pada 2013 berkapasitas 3 juta ton baja per tahun dan mulai berproduksi.

Ke depan, tegas Menperin, industri baja didorong untuk membangun pabrik baja terintegrasi dari hulu hingga hilir, termasuk menghasilkan baja otomotif. Baja untuk kendaraan, terutama dipakai di bagian bodi dan eksterior.

“Saya minta Posco jangan tanggung-tanggung. Kita undang Posco membangun juga pabrik baja hulu hingga hilir dan memproduksi baja otomotif yang lebih tipis dan memiliki lebar 1.650 milimeter sehingga sesuai kebutuhan industri kendaraan bermotor,” katanya sembari mengungkapkan keinginan Indonesia agar pabrik Cilegon secanggih pabrik baja untuk otomotif milik Posco di Gwamyang.

CEO Posco, Kwon Oh Joon mengungkapkan pihaknya berkomitmen memperkuat produksi baja dan mengembangkan pabrik terintegrasi. “Posco berkomitmen membangun dari hulu ke hilir. Kami memohon dukungan dari pemerintah Indonesia agar segera berwujud,” ulasnya.

Langkah Posco, kata dia, juga demi mengejar target yang diharapkan Presiden RI Joko Widodo agar mewujudkan “steel champion” di Cilegon.

Menperin menerangkan, industri baja hulu ke hilir memang memerlukan dana besar. “Untuk saat ini, harga baja memang turun, tapi kebutuhan baja tidak hanya jangka pendek jadi meski dalam kondisi seperti ini, begitu dibangun maka dampaknya jangka panjang,” ulasnya.

Saat menerima Menperin di pabrik Gwamyang, Presiden Posco Kim Jin Il mengakui Indonesia sangat strategis menjadi basis produksi. “Tujuan ekspansi di Indonesia juga untuk membangun pabrik baja terpadu di Asia Tenggara. Lay-out pabrik Krakatau Posco di Cilegon memang memiliki visi terintegrasi,” ungkapnya.

Kim mengatakan, pabrik Hot Strip Mill (HSM) yang akan dibangun telah didesain masuk di kawasaan Krakatau Posco sehingga terintegrasi.

Lebih lanjut, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan pabrik Krakatau Posco bakal menjadi acuan bagi pengembangan industri baja nasional.

Pada kunjungan ini, Menperin memasuki beberapa fasilitas produksi. Dari blast furnace (tanur tinggi), hot strip mill, hingga ruang kontrol. Pabrik baja di Gwamyang seluas 800 hektare mampu memproduksi baja 23 juta ton per tahun dan sebanyak 8,5 juta ton merupakan baja otomotif.(sabar)

CATEGORIES
TAGS