Pasar Obligasi Haus Sentimen Positif

Loading

pasar-obligasi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada memaparkan, laju pasar obligas di pekan kemarin tidak mengalami perubahan yang cukup positif dibandingkan pekan sebelumnya, bahkan relatif lebih parah dari pekan sebelumnya yang masih dapat bertahan dengan penurunan tipis.

“Kali ini, maraknya aksi jual yang terjadi di pasar obligasi membuat yield sejumlah obligasi, baik pemerintah maupun korporat mengalami lonjakan,” kata Reza, Senin (8/6/15).

Seperti yang terjadi pada obligasi korporasi dengan rating AA dimana di pekan sebelumnya masih berada di sekitar yield 10,5%-11,0% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemari melonjak hingga hampir mendekati 11,5%, atau naik sekitar 50an bps.

Dari sisi makroekonomi, rilis inflasi yang di atas estimasi pasar juga turut menambah sentimen negatif dan dimanfaatkan untuk kembali melakukan aksi jual.

Harga obligasi Pemerintah cenderung bergerak melemah yang terefleksi dari masih naiknya yield yang merata pada seluruh tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor panjang (8-30 tahun). Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 19,13 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 27,59 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 31,77 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±4 tahun kembali melemah harganya hingga 104,42 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±9 tahun melemah harganya hingga 193,96 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk seri sebagai berikut:

a. Seri SPN-S04122015 (new issuance) dengan pembayaran imbal hasil secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 4 Desember 2015;

b. Seri PBS006 (reopening) dengan imbal hasil sebesar 8,250% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2020.

c. Seri PBS007 (reopening) dengan imbal hasil sebesar 9,00% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2040.

d. Seri PBS008 (reopening) dengan imbal hasil sebesar 7,00% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juni 2016.

“Di pekan kemarin, imbas sentimen negatif membuat permintaan akan lelang di pekan kemari mengalami penurunan dibandingkan pekan sebelumnya meski masih dapat di atas target indikatif Rp 2 triliun dimana permintaan terbesar pada SUN jangka pendek,” jelas Reza.

Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp 4,84 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SUN periode sebelumnya, Rabu (3/6) yang mencapai Rp 5,08 triliun. Pada lelang kali ini, lelang diserap Rp 1,69 triliun atau di bawah target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 2 triliun.

Pemerintah hanya memenangkan 3 seri seluruhnya yang ditawarkan. Di antaranya, seri SPN-S04122015 (reopening) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 1,63 triliun. Imbal hasil terendah yang masuk sebesar 5,88% dan Imbal hasil tertinggi 7,25%. Seri ini diserap Rp 500 miliar dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 6,07% dan tingkat imbalan diskonto.

Kemudian, seri PBS006 (reopening) mengalami permintaan Rp 417 miliar dengan Imbal hasil terendah 8,13% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,38%. Seri PBS008 dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 2,36 triliun dan diserap Rp 1,11 triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 7,70% dan tingkat imbalan 7,00%. Sedangkan seri PBS007 tidak terserap seluruhnya.

“Harapan pembalikan arah pada pasar obligasi belum dapat terwujud di pekan kemarin seiring masih lanjutnya sentimen negatif,” imbuh Reza.

Hampir seluruh pasar keuangan, tidak hanya saham namun, obligasi juga mengalami penderitaan yang sama dimana terkena aksi jual dari para investor. Bahkan harapan rilis data-data makro yang diharapkan dapat membawa perubahan ke arah lebih baik juga tidak terwujud.

“Sebelum perkiraan positif ini menjadi hopeless, kami masih mengharapkan adanya pembalikan arah dengan dukungan sentimen-sentimen yang positif, terutama dari rilis data-data makroekonomi,” ujar Reza.

Meski demikian, tetap cermati peluang masih adanya potensi pelemahan lanjutan. Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±65 hingga 165 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada. (angga)

CATEGORIES
TAGS