Pelaku Pasar Obligasi Memilih Wait and See

Loading

index
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) Reza Priyambada, laju pasar obligasi sepanjang pekan kemarin belum menunjukkan adanya penguatan lanjutan dari pekan sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan laju IHSG yang cenderung melemah sepanjang pekan kemarin, laju para obligasi pun juga turut mengalami nasib serupa dimana cenderung melemah.

“Berbagai sentimen mempengaruhi laju pasar obligasi, mulai dari turunnya harga minyak mentah dunia, laju US$ yang kembali menguat sehingga nilai tukar Rupiah cenderung melemah, hingga masih wait and see saat itu terhadap paket kebijakan Pemerintah yang akan dirilis untuk membantu meredam gejolak Rupiah saat ini,” papar Reza, Senin (16/3/15).

Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang masih kembali turun seiring dengan kembali naiknya yield yang merata pada seluruh tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor pendek (1-4 tahun). Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 46,6 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 33,10 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 33,10 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±5 tahun kembali menurun harganya hingga 102,65 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±10 tahun berbalik turun harga hingga 31,55 bps.

Di pekan kemarin, pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk seri sebagai berikut:

a. Seri SPN-S11092015 (new issuance) dengan imbalan secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 11 September 2015;

b. Seri PBS006 (new issuance) dengan imbalan sebesar 8,25% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2020;

c. Seri PBS007 (reopening) dengan imbalan sebesar 9,00% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2040;

d. Seri PBS008 (reopening) dengan imbalan sebesar 7,00% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juni 2016.

Total penawaran yang masuk sebesar Rp7,63 triliun dimana seri SPN-S 11092015 memiliki penawaran yang masuk lebih tinggi sebesar Rp 3,13 triliun dengan nilai yang dimenangkan ialah sebesar Rp 500 miliar.

Di sisi lain, untuk total keseluruhan penawaran yang dimenangkan hanya Rp 2,14 triliun. Total penawaran yang masuk lebih rendah dari total penawaran yang masuk sebelumnya sebesar Rp 9,66 triliun dengan penyerapan yang lebih rendah. “Dari empat seri SBSN yang di tawarkan, pemerintah hanya menyerap 3 seri dimana seri PBS006 tidak diserap,” ucap Reza.

Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk setiap seri a.l Seri SPN-S11092015 (5,70%); Seri PBS007 (8,16%); dan PBS008 (6,99%). Dari sisi bid to cover ratio memperlihatkan bahwa angka yang paling besar rasionya senilai 7,43x pada seri Seri PBS007 yang berdurasi lebih panjang sesuai dengan profil obligasi syariah pada umumnya yang memang untuk jangka panjang.

Dari lelang terakhir memperlihatkan tidak banyak pelaku pasar yang masuk dalam lelang tersebut seiring maraknya sentimen negatif yang membuat pelaku pasar lebih memilih wait and see. Volume perdagangan obligasi pun terlihat tidak terlalu ramai seiring pergerakan IHSG yang juga datar cenderung turun. Apalagi masih adanya sentimen pelemahan nilai tukar Rupiah turut memperlemah aktivitas transaksi obligasi.

Di pekan ini, laju pasar obligasi pun masih berpotensi melanjutkan pergerakan turun terutama jika data-data ekonomi yang dirilis tidak mampu membangkitkan minat pelaku pasar untuk kembali bertransaksi lebih. Dengan demikian, jikapun terdapat pelemahan lanjutan maka kami harapkan tidak akan terlalu dalam pelemahannya. “Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±65 hingga 120 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada,” tutup Reza. (angga)

CATEGORIES
TAGS