Reputasi

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

JAGA nama baik-baik. Kira-kira begitulah makna bebas dari reputasi. Buat individu, keluarga, organisasi dan negara, reputasi itu penting. Kenapa? Tanpa reputasi pasti merugi, minimal namanya tidak dikenal dan tak mungkin bisa dikenang.

Orang suka bilang begini; si Badu itu reputasinya cemerlang dan tercatat sebagai anak yang pandai dan cerdas di sekolahannya. Ini artinya, reputasi seseorang selalu dekat prestasi yang diraihnya di bidang apapun.

Tanpa pernah meraih prestasi, jangan harap reputasi akan dapat diraih. Ibaratnya tidak ada makan siang yang gratis. Olah raga perlu reputasi. Berpolitik, berbangsa dan bernegara juga perlu reputasi. Kepemimpinan juga perlu reputasi.

Dala arena politik dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta dalam kepemimpinan-pun, reputasi hanya akan lahir jika ada unsur pembentuknya, yaitu prestasi. Reputasi tidak bisa diraih dalam hitungan hari. Bahkan butuh perjalananan panjang untuk mendapatkannya.

Reputasi lahir dan berproses dalam kehidupan seseorang melalui tahap pembangunan karakter yang akan membentuk kekuatan jiwa raganya. Nilai kejujuran, keikhlasan, kerja keras, berilmu dan berakhlak dan penuh semangat pengabdian untuk kepentingan yang lebih luas dan selalu menghasilkan prestasi yg gemilang, adalah modalitas yang harus dipupuk dan dikembangkan untuk melahirkan reputasi.

Reputasi itu sendiri bersifat genuine, original dan bebas kepentingan karena label itu akan datang dengan sendirinya melalui proses tadi dan tanpa diminta, masyarakat akan menyematkan pengakuan jujur bahwa seseorang itu punya reputasi yang gemilang.

Membangun reputasi tidak memerlukan modal uang. Bahkan tidak perlu melakukan langkah konyol dengan bagi-bagi duit semacam money politics. Presiden, gubernur dan bupati/walikota tidak usah repot membangun reputasi dirinya.

Tidak perlu juga pasang iklan di TV atau memasang baliho dengan ukuran raksasa di jalan protokol yang hanya mengganggu pemandangan dan membuat mata menjadi sepet melihatnya. Sekali lagi, reputasi adalah soal integritas dan prestasi serta dedikasi.

Seorang pemain bola kelas dunia, kalau anda telusuri empat faktor tersebut pasti dimilikinya. Reputasinya pasti akan terus menanjak tanpa diminta oleh yang bersangkutan dengan catatan kalau dia konsisten mengelolanya.

Dampaknya pasti positif, dia akan selalu terpilih menjadi anggota tim nasional negaranya atau di klub dimana di bermain. Nilai transfernya cenderung menguat dan dia akan selalu disayang bahkan dielu-elukan pendukungnya. Teh Sosro, reputasi mereknya bertahan di papan atas karena pengakuan dan apresiasi dari para konsumennya. Dan produsennya pasti mati-matian menjaga dengan berbagai jurus bisnis, baik di bidang produksi maupun pemasaran pengemasannya.

Ayo, kita sebagai bangsa Indonesia, sama-sama membangun reputasi agar negeri ini di mata rakyatnya sendiri dihargai dan dipercaya. Pun pengakuan yang sama kita dapatkan di dunia internasional.

Reputasi di Asean harus kita dapatkan. Di forum-forum bergengsi seperti G20, WTO, IMF, Bank Dunia dan di forum lainnya, reputasi Indonesia harus menonjol. Syukur bisa menjadi the leader bukan sekedar follower.

Reputasi di dunia global tidak hanya cukup bermodalkan gaya pidato yang hebat, bahasa Inggris yang bagus atau kontennya menarik. Tapi jauh daripada itu tentunya, yakni harus disertai dengan tindakan nyata yang seluruhnya bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

Apalah artinya meraih reputasi internasional kalau dengan mengorbankan kepentingan nasional. Hal yang demikian tidak boleh terjadi. Kalau terjadi, maka berarti reputasi dibangun dengan cara yang salah dan tidak bermartabat, dilakukan dengan “menjual atau menggadaikan” aset negara.

Saat yang tepat bagi kita semua untuk berlomba-lomba dalam kebaikan agar bangsa dan negara ini bangunannya tetap kuat dan tidak mudah dirobohkan dengan alasan apapun. Kedaulatannya harus tetap eksis, tidak bisa dikorbankan dengan alasan apapun. Reputasi bangsa dan negara ini harus dibangun dengan sepenuhnya mengandalkan kekuatan dari dalam, bukan sebaliknya.

Peranan asing hanyalah pelengkap saja bukan sebagai aktor utama dalam membangun Indonesia yang bermartabat dan berperadaban. Akhiri membangun reputasi di lapangan becek yangg penuh kotoran dan bangun reputasi di lapangan hijau yang menyenangkan kita semua. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS