RI dan Uni Emirat Arab Perkuat Kerja Sama Sektor Industri

Loading

BOGOR, (tubasmedia.com) – Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Uni Emirat Arab (UEA) memperkuat kerja sama dalam upaya pengembangan sektor industri. Langkah sinergi ini diharapkan dapat menguntungkan kedua belah pihak guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kesepakatan bilateral itu tertuang pada penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Perindustrian RI dengan Kementerian Energi dan Industri UEA, yang dilakukan oleh Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto bersama Menteri Energi dan Industri UEA Suhail Mohamed Faraj Al Mazrouei di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/7).

Momen penting tersebut disaksikan langsung Presiden RI Joko Widodo dan Putra Mahkota Abu Dhabi sekaligus Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan.

“MoU ini akan menjadi payung kerja sama dalam kegiatan pengembangan sektor industri potensial bagi kedua negara,” ujar Menperin.

Sektor-sektor manufaktur yang akan dikembangkan, antara lain industri berbasis agro, industri logam dan permesinan, industri kimia, serta industri kecil dan menengah (IKM).

“Komoditas CPO, makanan dan minuman, serta pulp dan kertas, menduduki peringkat 10 besar komoditas ekspor dari Indonesia ke UEA,” ungkap Airlangga.

Potensi kerja sama di sektor industri agro, khususnya terkait pulp dan kertas, terbuka dengan beroperasinya Al-Nakheel selaku industri baru yang memproduksi tisu di Abu Dhabi.

Sedangkan, di sektor industri logam dan permesinan, peluang kolaborasi dengan Indonesia ditopang adanya Ashok Leyland dan Ras Al Khaimah yang telah membangun industri kendaraan pertama dan terbesar di UEA. “Bahkan, mereka punya sektor jasa industri khususnya pemeliharaan pesawat, yakni Advanced Military Maintenance Repair and Overhaul Center (AMMRROC),” sebutnya.

Di sektor industri kimia, UEA menduduki posisi ketiga terbesar setelah Saudi Arabia dan Qatar untuk pengembangan industri petrokimia di kawasan Timur Tengah. Potensi ini sejalan dengan program pemerintah Indonesia yang sedang fokus menggenjot daya saing industri kimia, seiring implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, yang menyiapkan sektor manufaktur mampu memasuki era industri 4.0.

Menperin menambahkan, kerja sama lainnya yang akan melibatkan lintas sektor bagi RI-UEA, antara lain pengembangan mengenai teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) sebagai pelaksanaan industri 4.0, pembiayaan ekspor untuk industri, sertifikasi dan standarisasi halal, serta pendidikan dan pelatihan vokasi. (ril/sabar)

 

CATEGORIES
TAGS