Rupiah Anjlok

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

ilustrasi

ilustrasi

NILAI tukar rupiah Indonesia ke dolar AS terus mengalami kemerosotan. Artinya, harga dolar AS semakin mahal dengan menggunakan rupiah Indonesia sebagai alat transaksi. Artinya lagi, harga-harga produk olahan industri di Indonesia akan segera melambung tinggi karena bahan bakunya selalu dibeli dengan dolar AS karena sebagian besar industri nasional, ketergantungan bahan baku impornya, masih teramat tinggi.

Walau tetap dianggap tidak sempurna, nilai impor bahan baku industri yang terus meninggi masih dapat dimaklumi. Pasalnya, tanpa bahan baku impor tersebut, pabrik dimaksud tidak akan berproduksi, karyawan terancam di-PHK dan masyarakat akan kesulitan menemukan produk-produk olahan di pasar.

Artinya, berapa-pun nilai impor barang modal atau bahan baku yang mendukung pabrik di Indonesia, masih dapat ditolerir karena Indonesia belum bisa memproduksi bahan-bahan baku tertentu yang sangat dibutuhkan sektor industri tertentu.

Namun kita akan bertanya kepada para pihak, pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan atau pembinaan bidang industri di dalam negeri, sampai kapan ketergantungan bahan baku impor itu kita pertahankan.

Yang menjadi satu keanehan adalah kegiatan Indonesia yang akhir-akhir ini sangat rajin mengimpor produk-produk pertanian yang sebenarnya sarangnya ada di Indonesia. JIka ada suara dari banyak pengamat yang menyebut pelemahan nilai rupiah diakibatkan defisit perdagangan yang berlangsung lama, rasanya mendekati kebenaran. Karena memang defisit perdagangan itu bisa menguras cadangan devisa kita dan dampaknya pelemahan nilai tukar rupiah.

Bayangkan, barang-barang yang diimpor oleh Indonesia akhir-akhir ini dari luar negeri, adalah cabai merah, cabai keriting, jahe, jagung, singkong dan bawang merah. Ini kan aneh tapi nyata. Yang dulu Indonesia terkenal sebagai negara eksportir sayur mayur ke Singapura, kini hampir tidak ada satu lembar sayur-pun di Singapura yang berasal dari Indonesia, kecuali petai. Apa penyebabnya, juga tidak jelas.

Lalu kenapa dikatakan impor cabai dan bawang serta singkong aneh, sebab Indonesia adalah sarang dari segala rupa hasil olahan pertanian dimaksud. Tapi koq harus impor, dimana yang salah dan kepentingan siapa itu.

Mungkin di sisi inilah para penguasa dan penanggungjawab perekonomian nasional melakukan terobosan dan mencari tau sekaligus mengambil langkah tegas bagaimana caranya menghentikan impor atas barang-barang yang tidak harus impor.

Selain itu, program meningkatkan penggunaan produk dalam negeri-pun sebaiknya diterapkan secara maksimal dan program itu jangan dijadikan hanya jargon politik. Artinya, para penguasa yang dengan lantang menyuarakan agar rakyat menggunakan produk lokal sementara yang teriak mengenakan produk-produk impor, ya endak benar jugalah.

Harusnya pemerintah beri contoh kepada rakyat bagaimana cara mencintai produk lokal. Jangan hanya pintar berslogan tapi praktiknya di lapangan jauh panggang dari api. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS