Tari Topeng Buroq, Kini Terpinggirkan

Loading

Laporan: Redaksi

Tari Topeng Buroq

Tari Topeng Buroq

SEMARANG, (Tubas) – Seni tari (topeng) Buroq bernuansa Islami yang berkembang di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah berusaha menggeliat agar lolos dari himpitan zaman. Harus diakui, keadaan seni tradisional ini, dibanding masa jayanya tahun 1980 silam, kini sangat memprihatinkan.

Seni tari/topeng Buroq, berupa boneka tinggi hampir dua meter. Dimainkan dua pria (mirip Barongan/Barongsai). Satu di depan berperan sebagai kepala, satu lagi di belakang menjadi ekornya. Berwajah wanita cantik, tapi bertubuh kuda dan memiliki sepasang sayap (orang Jawa menyebut, Kuda Sembrani = Kuda terbang).

Para seninam Brebes menyimpulkan, seni tradisional ini sebagai refleksi multikulturalisme. Sosok Buroq menggambarkan bentuk paksi naga liman, menyatukan budaya dan agama-agama besar. Yaitu Paksi (Burung) asal Timur Tengah (Islam), Naga (Ular) asal Cina (Konghucu) dan Liman (Gajah) asal India (Hindu).

Buroq muncul pertama di Cirebon tahun 1920. Dan diangkat secara massal/dipopulerkan masyarakat pesisir Utara Brebes tahun 1974. Hingga 15 tahun berjalan, seni tari ini mengalami masa keemasan. Hampir seluruh desa di daerah Brebes saat itu, punya grup seni tari Buroq. Tiap ada perhelatan apapun, masyarakat selalu nanggap seni tari Buroq.

Dewan Kesenian Brebes diketuai L.Suryanto SH menilai, seni Buroq kini terpinggirkan akibat dihimpit seni modern. Secara faktual bisa dilihat dari jumlah grup. Dulu tercatat sekitar 30-40 grup, sekarang tersisa sekitar 15 grup saja. Agar tetap eksis grup-grup seni Buroq kini menyisipkan musik modern (gitar/organ/gendang), termasuk lagu-lagu dangdut. (amary)

CATEGORIES
TAGS