Teori Balas Dendam…

Loading

sabar32.jpg2

Oleh: Sabar Hutasoit

 

BERAGAM cara orang untuk meraih jabatan untuk kemudian duduk di kursi empuk. Dari mulai cara yang lembut, tenang, jujur dan tidak berpura-pura hingga yang main kasar dan kemudian menjelek-jelekkan rivalnya, menjadi tontonan gratis  para konstituen.

Bahkan saking negebet-nya harus terpilih jadi pemimpin, apakah itu jadi bupati, walikota apalagi gubernur atau jadi presiden, tidak sedikit dari para calon pemimpin itu mau melakoni sandiwara di depan masyarakat dengan harapan agar nanti tepat pada hari pemilihan, para konstituen tersebut mau memilihnya.

Malah yang kita dengar dan kita saksikan sekarang ini, kebanyakan dari bakal calon, bisanya hanya mengungkap kejelekan rivalnya, tanpa mempresentasikan programnya untuk membangun kota dan mensejahterakan masyarakat.

Para bakal calon itu sibuk dan riuh rendah membuka-buka kejelekan rivalnya, malah matanya tertutup terhadap kebaikan dan hal positip yang secara kasat mata telah dilakukan rivalnya.

Tidak sadar mereka bahwa dengan membuka-buka kejelekan (itu-pun kalau benar ada yang jelek), telah menjadikan warga yang memiliki rasa kebencian dan perseteruan serta permusuhan bagi sesama.

Seharusnya, agar pertarungan itu berlangsung sehat dan fair, semua bakal calon sebaiknya menawarkan program kepada seluruh rakyat yang nantinya rakyat yang memilih, program calon siapa yang lebih bisa mensejahterakan warga.

Kalau bisanya hanya menjelek-jelekkan saingannya saja, rasanya endak masuk akal dan kurang bijak sebab masyarakat endak bisa lagi dibohongi. Warga sudah bisa melihat secara langsung di lapangan, siapa yang bekerja dan siapa yang bisanya hanya omdo (omong doang).

Bahkan yang paling seru lagi adalah pernyataan bakal calon Gubernur DKI Jakarta dari Partai Gerindra, Sandiaga Uno. Pengusaha ini bertekad, jika terpilih jadi gubernur dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 mendatang, dia akan membalaskan dendam seluruh kader partai Gerindra

Kata  Uno (panggilan akrab Sandiaga Uno), Prabowo Subianto, selaku Ketua Umum DPP Partai Gerindra telah memberikan kepercayaan kepada dirinya untuk membalaskan kekecewaan seluruh kader Partai Gerindra yang telah berhasil memenangkan Ahok sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta bersama Jokowi pada Pilgub DKI Jakarta 2012.

“Kita akan balaskan kekecewaan kita nanti,’’ kira-kira begitulah pernyataan Uno saat menyampaikan pidato politiknya di hadapan ratusan kader Partai Gerindra di kantor DPC Partai Gerindra Jakarta Timur, bilangan Duren Sawit, Jaktim. Pernyataan Uno itu pun disambut teriakan para kader partai; “Betul.. Ahok pengkhianat,”.

Lagi-lagi kita utarakan, dengan hanya menebarkan kejelekan rival saja, para konstituen sulit mempercayai si bakal calon tersebut, apakah dia mampu memimpin daerah ini dan mensejahterakan rakyatnya.

Apalagi sudah ada niat hanya untuk membalaskan dendan yang sudah  berurat berakar. Lalu kapan membenahi daerah yang dipimpinnya. Lagi pula apakah elok seorang negarawan masih menyimpan rasa dendam di era digital ini ? Rasanya hanya membicarakan bahwa di dalam diri kita bersemayam rasa dendam saja, sudah ada rasa malu terhadap anak-anak kecil yang mendengarnya.

Pasalnya, kita sebagai orang tua selalu menanamkan kepada anak-anak agar terus dan terus memelihara damai dan menjauhkan rasa dendam.

Kata banyak orang, dendam itu penyakit hati yang kalau dipelihara bahkan mau ditularkan kepada khalayak ramai, bisa-bisa seluruh warga memiliki jiwa pendendam yang tidak akan ada akhirnya, Dendam itu akan tetap tumbuh sampai turun temurun.

Karena itu, kalau keinginan menjadi gubernur hanya didorong niat untuk membalaskan dendam, rasanya persaingan itu tidak dewasa.

Kita yakin kalau niatnya untuk balas dendam, tipis kemungkinan bisa memenangkan pertandingan, akan kalah telak. Kenapa ? Seluruh konstituen tidak akan mau terlibat dalam rasa dendam tersebut. Tapi kalau program yang brilliant ditawarkan, konstituen akan bisa berpikir dan memilah-milah.

Selain itu motivasi dendam akan menghancurkan diri kita sendiri. Orang akan mengatakan memenangkan Pilkada DKI demi nafsu dan hanya untuk balas dendam belaka. Bukan mencari solusi gimana caranya menyejahterakan rakyat. Kalau mau bertarung sebaiknya adu program, jangan pakai teori balas dendam. Bertandinglah secara sportif sebab kita masih satu bangsa; Indonesia, satu bahasa; Indonesia dan satu tanah air; Indonesia. Damai itu indah..(penulis adalah wartawan, pemimpin redaksi tubasmedia.com)

CATEGORIES
TAGS