Terimakasih Pak SBY

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

ilustrasi

ilustrasi

“TERIMA kasih kepada Pak SBY. Mudah-mudahan peristiwa ini mempunyai arti dan makna, dan menjadi hadiah tahun baru 2014. Di atas segalanya, saya berterima kasih yang besar kepada Pak SBY,” kata Anas di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (10/1/2014) saat dia ditangkap dan dijebloskan ke balik terali besi oleh KPK dan kata-kata indah dan amat mulia inilah sejak diucapkan Anas sampai sekarang menjadi perbincangan di sekelompok orang.

Ada yang menanggapi berlebihan dan ada pula yang mengatakan; ‘’untuk apa ditanggapi…’’ Dan memang, sejatinya, ucapan terimakasih yang ditujukan kepada diri kita atau kepada siapapun, rasanya tidak perlu ditanggapi. Cukup saja dibalas dengan senyum sembari menganggukkan kepala, kecuali ada sesuatu yang dirasakan oleh orang atau pihak yang menjadi alamat ucapan terimakasih tersebut.

Misalnya ucapan terimakasih itu dianggap sebagai pelecehan atau sedang ngeledek atau sedang menggoda atau ucapan terimakasih itu merupakan sinyal akan sesuatu hal yang akan terjadi. Kalau perasaan ini ada di pihak si penerima ucapan terimakasih, so pasti, si penerima ucapan terimakasih tersebut akan gusar, gelisah dan akibatnya, ucapan itu ditanggapi dengan berbagai kemungkinan dan menimbulkan banyak atau multi tafsir.

Ucapan terimakasih sang tersangka kasus korupsi Hambalang itu ternyata mampu memantik spekulasi di kalangan publik. Para elit Partai Demokrat misalnya mengatakan ucapan Anas tersebut biarkan saja berlalu. Seperti Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat EE Mangindaan enggan mengomentari pernyataan itu. “Gak usah dikomentari yang gitu-gitu,” demikian Mangindaan di Istora Senayan, Jakarta.

Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan juga sama, enggan mengomentari ucapan terima kasih Anas kepada SBY. “Saya tidak mau mengomentari soal itu, soal Anas,” tukas Syarief Hasan.

Memang seperti kita katakan di atas, ucapan terimakaksih tidak usah dikomentari, tak usah dibahas dan tak usah dipermasalahkan bahkan sebaiknya disyukuri dengan pertimbangan masih ada orang yang mau mengucapkan terimakasih kepada kita.

Yah memang begitulah sifatnya manusia. Manakala dirinya sedang berseteru dengan seseorang, sedang apapun si seseorang itu, apakah sedang tertawa, tersenyum, sedang berbicara apa saja, semuanya menjadi masalah apalagi kita sadar kalau diri kita juga ikut bersalah. Kita khawatir, jangan-jangan si seseorang itu akan membuka aib atau keterlibatan kita dalam satu kasus atau peristiwa yang sedang heboh.

Apalagi si seteru kita itu mengucapkan terimakasih, bisa-bisa kuping jadi merah bahkan untuk tidur-pun kita sulitnya setengah ampun dengan kata lain, ucapan terimakasih itu menjadikan kita seperti dikejar bayangan.

Namun! Sekali lagi, namun, jika kita yakin betul kalau diri kita tidak ikut-ikutan atau tidak terlibat alias bersih dari segala tindak tanduk perbuatan yang melawan hukum, wou..kita tidak akan peduli dengan ucapan yang keluar dari mulut seteru kita. Wong kita bersih dan tidak ikut-ikutan. Lalu buat apa khawatir.

Tetapi kalau kita sadar dan hati kecil mengatakan memang kita terlibat, disitulah bahasa tubuh atau bahasa perasaan bicara sendiri membuat kita salting alias salah tingkah. Karena itu katakanlah sejujurnya. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS