Ulat Bambu Pengurai Plastik

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Ulat bambu adalah hama atau parasit di sarang madu yang selalu bikin jengkel peternak lebah di Eropa. Tak terkecuali bagi Federica Bertocchini, peternak lebah amatir di Cantabria, Spanyol.

Tak seperti biasanya, hari itu dia memunguti ulat-ulat tersebut dan disimpan dalam kantong plastik belanja, atau di Indonesia dikenal dengan sebutan kantong kresek.

Selang beberapa jam kemudian, dia kaget bukan main. “Saya menemukan mereka berserakan di lantai. Tas plastik itu penuh lubang,” kata Bertocchini kepada Guardian. Rupanya gerombolan ulat bambu melumat kantong kresek itu.

Penasaran, Bertocchini, yang juga seorang ilmuwan di Institut Biomedis dan Bioteknologi di Cantabria (CSIC), Spanyol, berkolaborasi dengan koleganya, Paolo Bombelli dan Christopher Howe, di Fakultas Biokimia Universitas Cambridge, Inggris. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan ulat-ulat itu.

Penelitian pun dilakukan. Mereka menguji coba kemampuan ulat tersebut dalam jumlah yang lebih banyak. Sekitar 100 ulat bambu dimasukkan ke dalam sebuah kantong plastik. Tak sampai 40 menit, lubang-lubang kecil di kantong kresek itu mulai terlihat. Setelah 12 jam, terjadi pengurangan massa plastik sebanyak 92 miligram.

“Jika satu enzim yang berperan terhadap proses kimia ini diperbanyak jumlahnya, tentu akan mencapai hasil maksimal,” kata Paolo Bombelli, pemimpin riset ini, dalam laporan yang diterbitkan jurnal Current Biology, pekan lalu, seperti dilansir Tempo.

Tentu saja ini kabar yang menggembirakan. Ternyata, ulat tersebut tak hanya berguna sebagai umpan pancing, tapi juga bisa mengurai polietilen (PE), jenis plastik yang sulit diurai.

Plastik jenis ini yang paling banyak dipakai di dunia, memang telah jadi masalah dalam beberapa tahun terakhir. Di Eropa saja, plastik tersebut menyumbang 40 persen dari total permintaan produksi plastik.

Namun plastik itu kerap membawa masalah karena sekitar 38 persennya dibuang di tempat sampah. Akibatnya, plastik tersebut kerap menyumbat lokasi pembuangan.

Buruknya, plastik ini sangat sulit diurai secara kimiawi. Bahkan, ketika dalam ukuran yang lebih kecil, plastik tersebut tetap merusak ekosistem. Lingkungan menjadi korban terbesar.

Nah, ulat pelumat kantong kresek ini menumbuhkan harapan. Apalagi, menurut para peneliti, ulat tersebut memiliki kemampuan mengkonsumsi plastik lebih cepat dibanding penemuan terakhir pada tahun lalu, yakni bakteri yang bisa mengurai beberapa plastik sebanyak 0,13 miligram per hari.

Rakusnya ulat-ulat ini, menurut peneliti, diduga karena mereka memiliki kemampuan dalam memecahkan ikatan kimia sejenis. “Lilin adalah polimer, semacam ‘plastik alami’ dan memiliki struktur kimia yang tidak berbeda dengan plastik kresek,” kata Bertocchini.

Ulat bambu (wax worn) adalah larva dari ngengat lilin (Galleria mellonella) yang hidup di sarang lebah madu. Setelah menetas, ulat memakan lilin lebah, yang terdiri atas campuran beragam senyawa lipid.

Lewat analisis spektroskopi, peneliti menunjukkan ikatan kimia dalam plastik yang hancur.

“Ulat-ulat itu tidak hanya memakan plastik tanpa memodifikasi susunan kimiawi. Rantai polimer di plastik benar-benar dihancurkan oleh ulat bambu ini,” kata Bombelli.

Para peneliti menduga ulat-ulat itu memproduksi sesuatu yang merusak ikatan kimia, mungkin dalam kelenjar ludah atau bakteri simbiosis di ususnya.

Penelitian mereka belum berhenti. Selanjutnya mereka mencoba dan mengidentifikasi proses-proses molekuler dalam reaksi ini. “Untuk melihat apakah kita dapat mengisolasi enzim yang bertanggung jawab itu.”

Namun, selama penelitian ini masih berlanjut, ulat-ulat tersebut sudah bisa digunakan sebagai rancangan solusi bioteknologi pada skala industri untuk mengelola limbah plastik kresek, baik di darat maupun laut. (red)

 

 

CATEGORIES
TAGS