35-35-30

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

ANGKA-angka ini barangkali ideal untuk menggerakkan ekonomi nasional. Kalau total nilai PDB ekonomi, kita kasih angka 100, maka yang 35 disumbang oleh investasi, 35 lainnya disumbang oleh pengeluaran belanja konsumsi domestic dan yang 30 adalah sumbangan ekspor neto (X-M).

Ini sebuah matematika ekonomi sederhana ala hasil obrolan ringan di warung kopi. Tidak perlu repot-repot membuat sasaran dan target, pakai model ekonomimetri yang rumit, yang tidak semua orang faham. Rapatnya tidak perlu terus-terus saben hari, saben minggu, sampai hampir tidak ada waktu untuk keuarga dan weekend.

Sepertinya dunia mau kiamat kalau tidak sering rapat, takut dibilang tidak kerja kalau tidak sering rapat. Akhirnya memang bisa jadi repot karena menjadi tidak bisa kerja karena bolak-balik rapat. Padahal yang akan dikerjakan adalah sesuatu yang sederhana, yakni bagaimana angka 35-35-30 bisa dicapai dalam 5 tahun misalnya.

Berarti tiap tahun harus bekerja untuk menghasikan 7-7-6= 20. Berikutnya tetapkan petugasnya yang harus bekerja full time, agar 7-7-6 bisa dicapai di akhir tahun. Strateginya sederhana juga yaitu sedikit bicara dan banyak bekerja serta kerjasama dan dikerjakan bersama dan senantiasa tidak pernah lupa menghadirkan Tuhan untuk ikut mengawal.

Insya Allah semua soal jadi beres dan tiap malam tahun baru dirayakan bersama bahwa kita telah berhasil meraih prestasi dengan menggapai angka 7-7-6 sesuai target. Di saat itu sang CEO muncul di acara “Car Free Night” dan diliput oleh media nasional dan internasional dihadiri oleh rakyat mengumumkan capaian itu.

Pidato sang CEO cukup 15 menit dan hanya menyampaikan bahwa angka 7 yang pertama kita raih berkat doa dan kerjasama dan kerja bersama diantara kita. Begitu pula waktu menyebut capaian angka 7 yang kedua dan angka 6 disertai dengan ucapan yang sama.

Selesailah tugas kita bersama di tahun pertama dan disertai doa, sang CEO menyampaikannya sambil mengajak, mari memasuki tahun kedua kita bekerja dengan formula yang sama 7-7-6 dan menggunakan strategi yang sama, yakni libatkan Tuhan dan jangan libatkan setan apalagi tuyul.

Berkat kerjasama dan kerjabersama, semoga kita akan meraih prestasi, minimal sama dengan tahun lalu. Dengan pola seperti itu, yang berat menjadi ringan, yang rumit menjadi sederhana tapi tetap terukur. Yang paling penting, sang CEO tidak perlu repot bolak-balik ngajak rapat agar waktunya ngurus keluarga cukup dan bisa weekend bersama.

Waktu ngurus negara cukup tiap hari dimulai dari pukul 08.00, langsung bekerja dan bukan untuk banyak bicara. Kemudian pukul 17.00 petang semua pekerjaan sudah harus selesai. Jumpa pers seminggu sekali dan cukup hanya menyampaikan hal-hal yang berhasil dikerjakan untuk mendukung capaian 7-7-6.

Tidak dipakai untuk curhat dan pencitraan sehingga jangan sampai rakyat mengatakan CEO-nya narsis, lebay, omong doank (omdo) dsb. Inilah hasil pemikiran ekonomi ala warung kopi pinggir. jalan, agar investasi yang menyerap tenaga kerja tumbuh subur dan pabriknya bisa bekerja full kapasitas memenuhi pengeluaran belanja konsumsi domestik dan ekspor.

Hasil akhirnya adalah Indonesia menjadi gemah ripah berkat model 35-35-30. Pengangguran berkurang, devisa eksspor bertambah, penggunaan devisa impor berkurang dan yang menarik lagi, pasar dalam negeri tumbuh. ***

CATEGORIES

COMMENTS