Ada Komprador Coba Hancurkan Indonesia Melalui Korupsi

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

BEKASI, (Tubas) – Gayus Tambunan, M. Nazaruddin, Anas Urbaningrum, Nunun Dorodjatun, Melinda Dee, Angelina Sondakh dan masih banyak lagi deretan nama “ditengarai” masuk dalam deretan generasi baru koruptor di Indonesia. Mereka masih dalam usia yang relatif muda dan tokoh yang akan memimpin negeri ini di berbagai bidang kegiatan.

Prihatin, kata H. Apuk Idris, Ketua Pemuda Pancasila Kabupaten Bekasi saat menjawab pertanyaan tubasmedia.com tentang regenarasi koruptor. Alasanya, sejarah bangsa Indonesia dibangun dengan dengan jiwa kepahlawanan. Namun, nilai-nilai luhur itu seperti mulai di-setting agar dilupakan oleh generasi muda bangsa Indonesia. “Ada upaya pihak asing lewat para komprador yang mencoba menghancurkan Indonesia melalui korupsi,” ungkapnya.

H. Apuk memberi contoh hilangnya mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) di sekolah-sekolah. Ini sebuah indikasi penghilangan jati diri anak bangsa sebagai generasi penerus.

Sedang Andi Sopandi, M. Si, seorang budayawan yang juga Dekan FKSB (Fakultas Komunikasi Sastra dan Budaya) Unisma Bekasi masih optimis melihat generasi muda meneruskan estafet kepemimpinan bangsa. Apa yang terjadi dengan sejumlah tokoh muda yang terlibat korupsi hanyalah sebuah kasus yang di-blow up oleh media massa.

Menuurt Andi tidak semua generasi muda seperti yang dipersepasi masyarakat melalui berita-berita media massa. Masih banyak generasi muda yang baik dan belum terkontaminasi oleh perbuatan korupsi.

Jika dilihat dari analisa sosiologi politik, tambah Andi, era reformasi bisa membuat generasi muda dekat dengan lingkaran elite politik. Kedekatan itu membuat terjadinya quantum yaitu lompatan spektakuler yang membuat generasi muda sampai pada posisi yang strategis secara tiba-tiba dan langsung sampai di pucuk pimpinan.

Sebagai akibatnya, kata Andi, perjalanan kepemimpinan generasi muda yang belum teruji dan terbukti kemampuannya sehingga membuka peluang terjadinya penyimpangan saat mengambil keputusan.

Prof. Hj. Istibsaroh, anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) dari Jawa Timur menilai pengetahuan generasi muda tentang korupsi masih nol besar. Secara perlahan pengetahuan korupsi diperoleh melalui penglihatan dan pengalaman dalam pergaulan sosial dengan lingkungannya.

Kalau dalam usia bangsa ini yang 66 tahun banyak muncul nama anak-anak muda yang masuk lingkaran pelaku korupsi, menurut Istibsaroh ada yang memberi motivasi dan pelajaran untuk melakukan tindakan korupsi. “Kehidupan dengan budaya konsumtif menjadi penyokong besar embrio korupsi,” katanya.

Selain itu, tambah Istibsaroh, niat dan kesempatan juga ikut mendorong generasi muda melakukan tindakan korupsi. “Ini artinya ada yang ngajarin. Entah siapa, bisa atasannya, lingkungannya juga lingkaran keluarganya. Politik yang identik dengan kekuasaan dan harga diri juga menjadi pendorong bagi politisi untuk melakukan korupsi,” jelas anggota DPD itu. (rudi kosasih)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS