Adian Napitupulu Sebut, Fadli Zon dan Anis Sandi Ada di Balik Pembakaran Bunga untuk Ahok

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Aksi bakar papan bunga ucapan dari warga yang dikirim untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) masih menuai perhatian publik. Tidak kurang dari Adian Napitupulu, politisi PDIP membuat tulisan nyelekit menyindir aksi bakar bunga Ahok. Nama Anies- Sandi hingga Fadli Zon disebut, Selasa (2/5/2017).

Adian Napitupulu Sekjen PENA 98 dan Anggota DPR RI dari FPDI Perjuangan membuat sebuah tulisan sindiran yang menohok.

Tulisannya jadi viral antargrup WhatsApp Messenger. Seperti dilansir tribunwow.com melakukan konfirmasi pada Adian Napitupulu melalui pesan singkat WhatsApp.

Apakah benar tulisan yang beredar ini adalah tulisannya? Ia membenarkan dan mempersilakan untuk mempulikasikan.

Pada tulisan yang jadi viral ini Adian mengumpulkan berbagai fakta-fakta terkait aksi bunga. Ia juga tak sungkan untuk menyebut rekannya seorang anggota DPR yakni Fadli Zon dalam tulisannya.

Ia juga menyebut ada nama Anies Sandi.

Penasaran dengan tulisannya?

Simak lengkap diunggah seperti tulisannya asli:

APA SALAH BUNGA ?

Oleh: Adian Napitupulu

Selain simbol cinta, bunga juga simbol perlawanan terhadap penindasan, tidak heran jika Wiji Thukul aktivis buruh dan seniman yang di culik di era Orde Baru dan tidak ditemukan hingga hari ini, membuat puisi berjudul Bunga dan Tembok.

Bunga juga menjadi simbol pembangkangan generasi muda yang cinta damai dalam menolak invasi Amerika ke Vietnam di era 60-an.

Bunga bagi Bung Karno, Proklamator yang meninggal dalam status Tahanan di era Orde Baru, menyimbolkan kekayaan dan keragaman pemikiran, budaya, keyakinan yang berbeda beda tetapi tetap dalam satu taman sari bernama Negara Indonesia.

Bunga di tahun 1993 dan 1994 menjadi simbol solidaritas untuk Marsinah, aktivis buruh yang mati di bunuh di era Orde Baru dengan tusukan kayu di vagina tembus sampai perut.

Warga melintas di antara karangan bunga yang ditujukan untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat di halaman kantor Balai Kota Jakarta, Rabu (26/4). Karangan bunga tersebut berisi simpati warga kepada Ahok-Djarot pascapilkada DKI 2017.

Hari buruh itu cuma 1 hari dalam 1 tahun. Karena hanya 1 hari dalam 1 tahun maka biasanya di hari buruh puluhan ribu buruh akan turun ke jalan untuk memperjuangkan aspirasi Buruh seperti maraknya union busting, upah yang tidak naik, hak cuti, jam kerja, kekerasan pengusaha, upah lembur, cabut peraturan ini itu yg tidak berpihak pada buruh dan atau hal hal lain yang memang terkait dengan hak hak buruh.

Di hari istimewa kaum buruh ini, buruh turun ke jalan untuk memperjuangkan hak hak buruh tapi yang terjadi ada satu organisasi Buruh justeru malah rame rame membakar jutaan kuntum bunga. Aneh ada apa?

Penjelasan orator yang mengkomandoi aksi bakar bunga itu kira kira begini “Ahok tidak berpihak pada buruh karena tidak menaikan upah buruh….” Orasi yang Heroik, Lantang dan Full Galak, tapi tetap tidak ada hubungannya dengan bunga karena bunga bunga itu bukan Ahok yang beli, bukan ide Ahok, bukan Ahok yang minta. Lebih aneh lagi karena ternyata upah buruh di DKI Jakarta sejak 2012 hingga 2017 menurut data sudah 4 kali naik.

Bunga untuk Ahok Djarot dibeli oleh beragam Rakyat, ada yang pengusaha, ibu rumah tangga, supir dan ojek, guru, dosen, dokter, artis, mahasiswa dan jangan salah, dari sekitar 4200 papan bunga (red: informasi terakhir capai angka 7 ribu papan bunga) dengan jutaan kuntum itu ada juga yang di beli dari kelompok buruh.

Saya tidak tahu detail siapa saja pengirim 4200 papan bunga tapi saya tahu pasti bahwa salah satu yang tidak kirim bunga adalah Fadli Zon karena Fadli mantan anggota MPR hasil pemilu Orde Baru 1997 sudah antar bunga sendiri dari Indonesia ke London sejauh 11.700 kilometer ke makam Karl Marx, sang pemikir Ideologi Komunis. Kalau di novel romantis seorang pemuda mengantar bunga sejauh itu pasti cinta nya sudah sampai di ujung kepala.

Dari spanduk kelompok buruh itu akhirnya kita tahu bahwa kelompok buruh ini pendukung Anies dan Sandi dalam pilkada kemarin. Setelah tahu bahwa mereka adalah kelompok pendukung Anies Sandi mungkin kita bisa maklum sambil mengelus dada dan bergumam “Oooh pantas”

Hmmm mungkin para pembakar bunga itu benci pada semua yang beraroma Ahok Djarot. Tapi bukankah pilkada sudah selesai, Anies Sandi dikatakan sudah memenangkan Pilkada. lalu kenapa bunga bunga masih di bakar? Atau jangan jangan membakar bunga bagi mereka justeru bagian dari seremoni perayaan kemenangan. Pendukung Yang kaya konon berpesta di Leon Cafe sementara Buruh pendukung Anies Sandi cukup berpesta dengan bakar bunga di balai kota.

Kelompok pemenang ngamuk bakar bunga. Aneh, nalar kita tidak bisa berterima tapi itu Fakta. Hitler mungkin tersinggung karena sekejam kejamnya Hitler dia tidak pernah membakar bunga, karena bunga tak punya ideologi, bunga tak punya suku, bunga tak punya Agama, bunga tak ikut pilkada bahkan bunga tak boleh datang antri dan mencoblos di satu dari 13.000 TPS.

Akhir kata, sejarah pernah menulis bahwa jika seseorang merebut kekuasaan dengan senjata maka ia akan pertahankan kekuasaan itu juga dengan senjata, jika seseorang merebut kekuasaan dengan Isu SARA maka ia akan mempertahankan kekuasaan juga dengan isu SARA.

Lalu apa hubungannya dengan bunga? Mungkin karena bunga itu tidak punya Agama, Atheis….. Kafir !! Mungkin karena bunga tidak punya Etnis jadi dianggap plin plan dan berpotensi berkhianat. Mungkin karena bunga itu simbol cinta dan perlawanan dari pencinta kedamaian sehingga dianggap berbahaya bagi mereka yang tak lagi punya cinta dan gemar menabur spanduk kebencian. ***

 

CATEGORIES
TAGS