Aksi Jual Obligasi Diharapkan Menurun

Loading

obligasi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada memaparkan, laju pasar obligasi di pekan kemarin tidak jauh mengalami perubahan yang cukup positif dibandingkan pekan sebelumnya namun, sudah lebih baik dimana pelemahan yang terjadi mulai terbatas.

Kali ini, aksi jual yang terjadi di pasar obligasi terlihat mulai berkurang dimana pelaku pasar mulai memanfaatkan beberapa seri obligasi untuk kembali ditransaksikan meski belum terlalu ramai. Kondisi ini membuat yield sejumlah obligasi, baik pemerintah maupun korporat masih mengalami kenaikan meski tipis.

Seperti yang terjadi pada obligasi korporasi dengan rating AA dimana di pekan sebelumnya masih berada di sekitar yield 11,0%-11,2% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemari melonjak hingga hampir mendekati 11,5%, atau naik sekitar 30an bps.

“Dari sisi makroekonomi, laju pasar oblihgasi lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen dari eksternal,” jelas Reza, Senin (16/6/15).

Harga obligasi Pemerintah masih dalam pelemahannya yang terefleksi dari masih naiknya yield yang merata pada seluruh tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor menengah (5-7 tahun). Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 21,86 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 27,23 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 21,49 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±4 tahun kembali melemah harganya hingga 70,85 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±9 tahun melemah harganya hingga 128,43 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk seri sebagai berikut:

a. Seri SPN03150910 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 10 September 2015;

b. Seri SPN12160610 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 10 Juni 2016;

c. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% (delapan koma dua lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021.

d. Seri FR0071 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 9,000% (sembilan per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2029.

Di pekan kemarin, meski masih terdapat sentimen negatif namun hasil lelang menunjukkan hasil yang baik dimana melampaui perkiraan kami sebelumnya. Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp 25,28 triliun, lebih tinggi dibandingkan lelang SUN periode sebelumnya, Selasa (26/5) yang mencapai Rp 11,59 triliun.

“Pada lelang kali ini, lelang berhasil diserap Rp 15 triliun atau di atas target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 10 triliun. Pemerintah memenangkan seluruh seluruhnya yang ditawarkan,” imbuh Reza.

Di antaranya, seri SPN03150910 (new issuance) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 1,72 triliun. Imbal hasil terendah yang masuk sebesar 5,80% dan Imbal hasil tertinggi 6,75%. Seri ini diserap Rp 1 triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 6,32% dan tingkat imbalan diskonto. Kemudian, seri SPN12160610 (reopening) mengalami permintaan Rp 1,97 triliun dengan Imbal hasil terendah 6,80% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 7,50%.

Seri FR0053 dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 7,79 triliun dan diserap Rp 5,45 triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,59% dan tingkat kupon 8,25%. Sedangkan seri FR0071 dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 13,79 triliun dan diserap Rp 15 triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,88% dan tingkat kupon 8,25%.

Lagi-lagi harapan pembalikan arah pada pasar obligasi di pekan kemarin belum dapat terwujud seiring masih adanya sentimen negatif dari eksternal yang berimbas pada pasar obligasi kita. Tidak hanya pasar obligasi, pasar saham pun masih mengalami penderitaan yang sama dimana terkena aksi jual dari para investor.

“Di pekan ini, akan dirilis data neraca perdagangan dan BI rate yang tentunya telah dinantikan pelaku pasar. Meski kami melihatnya belum sepenuhnya dapat memberikan sentimen positif namun, kami berharap akan adanya perbaikan sehingga dapat mengurangi tekanan jual yang ada,” ujar Reza.

Meski demikian, tetap cermati peluang masih adanya potensi pelemahan lanjutan. Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±65 hingga 135 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada. (angga)

Berita Terkait