Akuisi Energi dan Pangan Dunia

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

AKHIR-akhir ini, dunia disibukkan dengan berbagai seminar dan pemberitaan yang membahas isu tentang energi dan pangan. Menjadi mendunia karena memang realitanya seperti itu karena perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh menakjubkan dalam berbagai kurun waktu up and down siklusnya.

Akibatnya sudah jelas. Kebutuhan energi dan pangan meningkat sangat tajam di seluruh belahan dunia. Perkiraan dan proyeksi pertumbuhan permintaan dan penawaran telah banyak banyak dilakukan para ahli energi dan pangan dunia dengan berbagai asumsi. Berapa cadangan yang tersedia, berapa produksi, berapa nilai investasi yang dibutuhkan, berapa ekspor dan impor akan terjadi.

Dengan sangat rigid angka-angkanya sudah banyak dipublikasikan. Energi sudah sama kita ketahui hanya ada dua kelompok besar, yakni fosil dan non fosil. Yang fosil pasti akan habis dan non fosil renewable sifatnya sudah mulai dikembangkan dan bahkan sebagian diantaranya telah memasuki tahap komersialisasi.

Harga energi fosil sudah sangat mahal karena jumlah produksinya mulai berkurang. Cepat atau lambat pasti habis. Sementara itu energi non fosil secara tekno ekonomis mulai memberikan harapan untuk memasuki tahap komersialisasi guna menggantikan energi fosil yang non renewable.

Apa yang terjadi di dunia saat ini? Yang nongol adalah rasa kekhawatiran, cemas dan galau kalau terjadi krisis energi dan pangan. Jika situasi ini terjadi, bencana akan mengancam kehidupan umat manusia sedunia, bisa jadi akhir kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di dunia akan terjadi,. Berarti kiamat akan datang.

Secara ekonomi barangkali investasi yang paling menjanjikan saat ini di dua sektor tersebut, energi dan pangan. Return-nya mungkin juga paling tinggi. Wajar kalau kemudian perlombaan untuk mengkapitalisasi energi dan pangan berkembang dahsyat di dunia terutama di negeri yang saat ini kaya memiliki sumber daya energi dan pangan seperti Indonesia.

Mata dan Telinga diantara negara-negara yang menguasai iptek dan modal, tentu tertuju kesitu. Intelegent ekonomi, semua dikerahkan, bahkan intelejen militer diantara negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korsel, China, India dll. Karena mereka menguasai modal dan teknologi, proses investasi dan akuisisi di bidang energi dan pangan pasti akan mereka lakukan untuk membangun lumbung-lumbung energi dan lumbung pangan dunia, baik untuk cadangan, dipakai sendiri dan untuk diperdagangkan.

Indonesia tentu berada di tengah perburuan itu karena negeri ini termasuk yang kaya sumber daya alam. Celakanya kita tidak punya modal uang dalam jumlah banyak baik dalam bentuk cadangan devisa, APBN maupun dari sumber lain, kecuali kalau mau berhutang dalam jumlah yang besar.

Penguasaan teknologi di bidang energi dan pangan, barangkali kita juga belum sekuat negara yang telah disebutkan tadi. Proses akuisisi dan investasi akan terus berjalan dan terus berkembang pesat. Bagaimana kita menyikapi dinamika seperti itu?

Kita harus realistis bila kita berada dalam pusaran investasi dan akusisi energi dan pangan dunia. Pilihanya mau untung atau buntung. Kalau mau untung harus bagaimana dan kalau rugi apa yang bisa kita lakukan. Rasa keputusan politisnya harus segera diambil, perdebatannya tidak konyol dan sentimentil.

Terjemahkan segera pasal 33 UUD 1945 agar ketika kita masuk dalam pusaran proses akuisisi dan investasi di bidang energi dan pangan, mendapat manfaat yang optimal dan tidak dalam posisi rugi. Prosesnya harus sehat dan menyehatkan ekonomi Indonesia ke depan.

Tahun 2014 dan seterusnya, posisi nasional harus sudah clear dari kepentingan nasional, regional dan global. Kebijakan dan strategi serta regulasinya harus clear dan tuntas dalam konteks mengamankan kepentingan nasional, tidak rugi dan dirugikan ketika berada di pusaran perdagangan energi dan pangan di kawasan regional dan global.

Tugas ini tidak ringan, tantangan dan tingkat persaingannya sengit karena realitasnya kita telah berhadapan dengan kartel dan bahkan mafia energi dan pangan kelas dunia. Pilihannya serba rumit dan oleh karena itu, segeralah kita ambil sikap politik yang jelas, khususnya yang terkait dengan politik energi dan pangan nasional serta politik anggaran dan pembiayaanya.

Tidak kalah penting adalah pilihan kebijakan di bidang politik luar negerinya agar kita mendapat manfaat yang optimal dari model akuisisi dan investasi energi dan pangan dunia.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS