Anti Sawit? Ya… Anti Indonesia

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

PRESENTASI - Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto (dua dari kiri) memberikan presentasi mengenai kesiapan industri agro menghadapi MEA 2015 didampingi Sesditjen BIM Kemenperin Setio Hartono, Komisaris PT Wilmar MP Tumanggor dan VP Communication PT PGN Ridha Ababildalam diskusi Forum Wartawan Industri (FORWIN) di Bandung, Jawa Barat, Jumat 22 November 2013 –tubasmedia.com/sabar hutasoit

BANDUNG, (tubasmedia.com) – Produk minyak sawit Indonesia dalam perkembangan pasarnya beberapa tahun terakhir ini mendapat tantangan kampanye hitam atau penolakan dari negara-negara Eropa dan Amerika. Bahkan sejumlah warganegara Indonesiam juga secara nyata memusihi sawit Indonesia melalui kampanye hitam yang dilakukan LSM seperti Greenpeace maupun LSM lainnya di dalam negeri yang menuding sawit Indonesia tidak ramah lingkungan dan isu negatif lainnya.

“Padahal sawit bagi bangsa kita merupakan salah satu primadona penghasil devisa yang bisa memberikan penghidupan bagi rakyat Indonesia. Karena itu pihak yang antisawit sama saja antiIndonesia,” tandas Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia, MP Tumanggor pada diskusi Family Gathering FORWIN (Forum Wartawan Industri), di Bandung, Jumat (22/11/2013) sore.

Indonesia lanjut Tumanggor, termasuk salah satu penghasil minyak sawit mentah (CPO) terbesar di Indonesia sebelum Thailand dan Malaysia. Produksi CPO Indonesia saat ini 29 juta ton dengan luas areal tanaman sawit seluas 9 juta hektar. Sedangkan luas perkebunan sawit di Indonesia diperkirakan 17,8 juta hektar.

“Bahkan pada tahun 2020 mendatang diperkirakan kita mampu menghasilkan CPO sebanyak 40 juta ton dan pendapatan yang bisa diperoleh mencapai Rp 28 triliun,” kata Tumanggor.

Tumanggor menjelaskan, perkebunan sawit di Indonesia seluas 9 juta hektar ini terdiri dari berbagai kepemilikan, yaitu swasta sekitar 49 persen, BUMN 6 persen dan sisanya milik rakyat atau petani 45 persen. (sabar)

CATEGORIES
TAGS