Anyaman Kerai Warisan Leluhur

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

TASIKMALAYA, (tubasmedia.com) – Melimpahnya pohon Kiray di Kampung Bantardahu Desa Nanggerang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya, dirasakan sebagai berkah bagi warga setempat. Sudah hampir 31 tahun, masyarakat setempat bermata pencarian membuat kerajinan kerai dari batang pohon Kiray.

Keahlian membuat anyaman kerai sudah diwariskan secara turun-temurun pasca letusan Galunggung tahun 1982. Masyarakat diberikan keahlian membuat anyaman tikar. Sejak itulah sebagian besar warga Bantardahu berprofesi sebagai pengrajin anyaman kerai. “Dari sekitar 100 kepala keluarga (KK), hampir 50 persennya menggantungkan hidup melalui kerajinan kerai,” kata Akang, tokoh masyarakat setempat, pekan lalu.

Menurut dia keahlian anyaman tikar kerai sudah menjadi kebanggaan tersendiri. Mereka pun tidak pernah segan menurunkan keahlianya membuat anyaman berkualitas kepada anak cucu. “Dengan menggunakan mesin anyaman tradisional atau tustel ibu-ibu di sini setiap harinya membuat tikar kerai untuk menghasilkan barang yang berkualitas,” katanya.

Asep (50), pengerajin kerai mengatakan dalam sehari mampu membuat tikar kerai sepanjang 7 meter. Kerai tersebut sudah menembus pasar kota besar di antaranya Bandung, Jakarta dan Bali. “Kami biasanya menjual hasil anyaman yang dihitung berdasarkan panjangnya dengan harga Rp 15 ribu per meter,” katanya. (hakri)

CATEGORIES
TAGS