Aset Intangible Sebuah Kekayaan Yang Dilupakan

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

ASET intangible secara populer biasa disebut sebagai kekayaan atau harta yang tidak berujud. Lawannya adalah aset tangible atau biasa disebut sebagai kekayaan atau harta yang berujud. Kedua aset tersebut dalam ranah kehidupan seseorang sangat dibutuhkan.

Namun dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sepertinya tidak terlalu menghiraukan apa itu aset intangible. Yang selalu menjadi perhatian justru aset yang bersifat tangible karena mudah sekali mengenalinya dan menghitungnya. Sifat dan bentuknya sangat terukur dan cepat dapat dinikmati sebagai simbol-simbol kekayaan.

Padahal hal yang sama sejatinya juga dapat dinikmati sebagai simbol-simbol kekayaan kalau kita menguasai aset yang bersifat intangible. Sebagai simbol-simbol kekayaan, keduanya dapat memberikan manfaat secara ekonomi bagi pemiliknya dan sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan hidup seseorang.

Bahkan bisa meninggikan derajad dan kedudukan seseorang di masyarakat pada umumnya. Manusia lebih menyenangi hidup dengan menguasai dan memiliki kekayaan yang berujud karena secara kasat mata wujudnya dapat dilihat. Bentuknya macam-macam, antara lain uang, emas dan perhiasan, tanah dan bangunan dan lain-lain.

Manusia akan lebih senang dibilang sebagai orang kaya kalau pengusaan dan kepemilikan harta benda tersebut secara pisik kelihatan wujud dan nilainya. Sementara itu, aset intangible antara lain berupa karya intelektual seseorang seperti paten, merek, cipta, desain yang dihasilkannya karena kemampuannya sebagai inventor, inovator dan kreator di bidang-bidang tertentu.

Tentu masih banyak lagi yang bisa dikategorikan sebagai aset yang bersifat intangible. Amal kebaikan kita, suka menolong orang lain secara ihlas dapat pula dikategorikan sebagai bentuk aset intangible yang dimiliki seseorang meskipun tidak serta merta dapat dinilai secara material.

Dalam pandangan Deng Xiaoping kita mengenal sebuah prinsip bahwa untuk membangun sebuah peradaban diperlukan adanya dua tindakan sekaligus, yaitu membangun peradaban yang bersifat material dan membangun peradaban yang bersifat spiritual. Yang bersifat material dapat diklasifikasikan sebagai yang berbentuk tangible dan yang bersifat spiritual bisa kita anggap sebagai yang berbentuk intangible.

Aset tangible dan aset intangible adalah ibarat sekeping mata uang. Kalau dilihat dari prosesnya, aset tangible sejatinya dapat dimiliki oleh seseorang tidak datang dengan tiba-tiba. Pasti akan berproses sebegitu rupa dan proses tersebut terjadi karena seseorang telah lebih dulu menghimpun kekuatannya dengan menguasai dan memiliki aset yang bersifat intanglibe.

Penguasaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, ditambah dengan kapasitas sifat-sifat manusia yang memiliki kepribadian unggul yang beretika dan bermoral adalah modalitas yang sangat bernilai tinggi untuk dikapitalisasi guna menghasilkan aset-aset yang bersifat tangible.

Bill Gates, Steve Jobs dua tokoh dunia yang bisa menjadi kaya raya karena kehebatannya menguasai aset yang bersifat intanglibe yang berhasil mereka kapitalisasi menjadi aset yang bersifat tangible. Jim watson sang penemu DNA, dia bisa menjadi super star dan mendapatkan hadiah nobel pada tahun 1962.

Bersama Grick dan Wilkins pada tahun 1968 mereka berhasil menulis sebuah buku dengan judul The Doble Helix dan buku tersebut menjadi best seller dan dengan karya-karya besarnya ini membuat mereka menjadi jutawan. Dari pembelajaran tersebut, maka kesimpulan yang bisa kita dapatkan adalah bahwa untuk menjadi hebat dan berkapitalisasi besar hampir tidak ada yang bisa dicapai tanpa melalui proses yang tiba-tiba, instan dan dengan mudahnya diperoleh.

Pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan kemakmuran tanpa dilandasi oleh kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermoral dan beretika tidak akan dapat menghasilkan kualitas pertumbuhan yang menyebabkan suatu bangsa dapat membangun kekayaannya dengan daya saing yang tinggi.

Menguasai aset yang tangible haram dilakukan dengan cara korupsi, merampok harta negara. Karena kekayaannya diperoleh dengan cara yang salah dan haram, maka pasti tidak mendatangkan berkah bagi kehidupannya. Kegalauan hidup pasti setiap saat akan mengganggu ketenangan hidupnya.

Kekayaannya hanya bersifat imitasi, kebahagiaan hidupnya juga bersifat imitasi. Oleh sebab itu mari kita tata kembali cara hidup kita dan cara mengelola kehidupan kita di dunia agar apa yang kita hasilkan selalu mendatangkan keberkahan dan kemanfaatan bagi kehidupan itu sendiri.

Menjadi kaya raya tidak dilarang, tapi menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadi manusia yang bermoral juga sangat diharuskan agar kita dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi dan material dengan cara-cara yang baik dan benar menurut kaidah yang berlaku secara universal.

Menata kembali agar mainstream cara hidup kita menjadi sehat tak lain kita harrus pandai mencari, menguasai aset yang bersifat intangible dan jangan pernah abai dan lebay terhadapnya. Dengan cara ini, aset yang bersifat tangible dijamin oleh Tuhan akan dapat diraihnya.

Menjadi ternalarkan bilamana dikatakan bahwa untuk menjadi bermartabat dan beradab jika kita berhasil membangun peradaban yang bersifat spiritual dan sekaligus membangun peradaban yang bersifat material.

Selama matahari masih terbit diufuk timur dan terbenam diufuk barat, mari kita canangkan gerakan hidup yang sehat dan benar dengan membangun peradaban berbasis pengusaan aset intangible guna meraih nilai aset tangible yang berkualitas bagi peradaban manusia itu sendiri. Manjakan dan didik anak-anak kita agar makin cerdas mengusai aset yang intangible. Jangan di balik-balik.***

CATEGORIES

COMMENTS