Asyiknya Memegang Kunci Gembok Kewenangan

Loading

Oleh: Fauzi Azis

ilustrasi

ilustrasi

DALAM banyak hal seseorang merasa asyik manakala dirinya menyandang jabatan sebagai pejabat atau staf yang memiliki kewenangan tertentu pada organisasi publik atau organisasi bisnis, bahkan pada organisasi politik dan organisasi masa.

Pada saat bersamaan mereka itu oleh masyarakat dianggap menjadi orang penting. Wewenang yang disandangnya pada dasarnya muncul akibat adanya regulasi atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi politik atau organisasi masa. Pemegang kunci gembok kewenangan bisa bekerja menurut kemauannya kalau yang bersangkutan memang menghendakinya.

Kapan kunci gembok itu akan dibuka atau ditutup, umumnya sudah ditentukan dalam regulasi yang mengaturnya. Akan menjadi masalah manakala kunci gembok kewenangan tersebut dibuka dan ditutup sesuai maunya si pemegang kunci gembok. Pelayanan kepada masyarakat cuacanya bisa berubah-ubah setiap saat karena pemegang kunci gembok kewenangan sikapnya angin-anginan.

Apa yang dilakukannya sudah terpengaruh oleh kepentingan pribadi maupun kelompok. Nalar sehat dan nuraninya mulai goyah dan sosoknya sebagai orang penting mulai muncul dengan sosok yang lain, yaitu Gede Rumongso (GR) bahwa dirinya merasa diperlukan oleh orang banyak.

Dia nampaknya mulai keblinger dan senang menjadi obyek buruan dari para pemburu rente. Fungsi kunci gemboknya bergeser menjadi barang dagangan, karena dengan cara ini harapannya akan mendapatkan keuntungan materiil yang besar dengan menempatkan dirinya sebagai obyek buruan.

Sosok semacam ini tanpa sadar sudah menistakan dirinya. Harga dirinya sudah dipertaruhkan demi asyiknya menjadi pemegang kunci gembok kewenangan. Pelayanan masyarakat dalam beberapa hal tidak kunjung membaik, yang salah satu sebabnya karena kunci gemboknya tidak dibuka oleh yang memegangnya. Dimain-mainkan tanpa pernah peduli bahwa di luar sana antrian panjang sudah menunggu giliran untuk mendapatkan pelayanan tanpa ada kepastian sedikitpun kapan urusannya akan beres.

Dalam dunia bisnis, sikap pemegang kunci gembok kewenangan ini masih menjadi raja-raja kecil. Izin usaha dipersulit. Menjadi dipermudah kalau ada fulus karena izin bagi mereka adalah mata dagangan. Tidak ada kepastian berusaha kata para investor yang berniat mengembangkan investasinya di negeri ini. Para pemegang kunci gembok kewenangan yang berperilaku sebagai “binatang buruan” tidak pernah berfikir lagi pentingnya sebuah perubahan karena merasa suuur dengan jabatannya sebagai pemegang kunci gembok kewenangan.

Dia sudah terperangkap dalam kehidupan yang lebih senang dalam posisi status quo. Tidak pernah memandang penting makna sebuah perubahan dan makin lama tenggelam dalam proses pembodohan dirinya sendiri karena mereka gagal melakukan pembelajaran.

Inilah sebuah fenomena yang masih banyak kita temukan dalam dunia kerja yang berkaitan dengan pelayanan publik di negeri ini yang seharusnya ketertiban dan keteraturan itu sudah menjadi budaya kita sehari-hari sebagai negara yang menjunjung tinggi martabat bangsanya.

Secara teoritis memang sudah banyak regulasi dibuat dengan tujuan agar para pemangku jabatan publik atau jabatan lainnya sudah banyak dibuat rambu-rambunya. Sistemnya sudah jauh lebih baik, lebih transparan, namun para pemegang kunci gembok kewenangan ini banyak akalnya. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS