Awas Demam Berdarah dan Hipertensi

Loading

Oleh: Anthon P.Sinaga

ilustrasi

ilustrasi

MENJELANG berakhirnya musim penghujan saat ini, nyamuk demam berdarah mulai beraksi dari sarang-sarangnya yang lolos dari pengamatan selama ini. Baru-baru ini dilaporkan, sudah banyak penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang menjadi pasien di berbagai rumah sakit saat ini. Sehingga, para petugas berbagai Puskesmas di Jakarta sudah banyak melakukan penyemprotan, berupa pengasapan-pengasapan (fogging) pengusir nyamuk penyebar DBD tersebut.

Seperti di wilayah Jakarta Timur, pekan lalu, gencar dilakukan pengasapan-pengasapan untuk mengusir nyamuk penyebab deman berdarah tersebut. Halaman-halaman rumah penduduk dan saluran-saluran air sepanjang jalan-jalan lingkungan, menjadi sasaran pengasapan. Sehingga, kecoa-kecoa dan jenis hewan melata lainnya ikut bermunculan dan pingsan. Namun yang paling membahayakan sebenarnya adalah, jentik-jentik nyamuk DBD yang berkembang biak dalam air yang bersih, tidak mati oleh hanya tindakan pengasapan tersebut.

Untuk itulah yang penting dilakukan oleh penduduk, adalah memberantas jentik nyamuk demam berdarah ini dengan sering-sering membersihkan bak-bak air yang ada di dalam, maupun di luar rumah. Bak air mandi di dalam rumah agar ditaburi bubuk abate yang bisa membunuh jentik nyamuk, sedangkan bak air di luar rumah bisa diisi dengan jenis-jenis ikan untuk memakan jentik-jentik agar tidak berkembang menjadi nyamuk berbahaya. Bubuk abate bisa dibeli di apotek-apotek. Kaleng-kaleng, botol-botol kosong atau wahana lainnya yang bisa menampung air, perlu juga disingkirkan atau dikuburkan ke dalam tanah.

Upaya-upaya swadaya dari masyarakat untuk menjaga kesehatan keluarga dan mencegah kemungkinan timbulnya penyakit demam berdarah, adalah jauh lebih baik dan bermanfaat, ketimbang hanya menunggu seruan-seruan atau sosialisasi dari petugas-petugas instansi kesehatan yang jarang terjadi selama ini, kecuali kalau ada proyek atau crash program. Biasanya, petugas kesehatan baru kebakaran jenggot, kalau sudah ada penyakit dalam taraf kejadian luar biasa (KLB). Walaupun sudah ada Kartu Jakarta Sehat yang menjamin biaya perawatan, kita juga ikut susah, kalau ada anggota keluarga yang sakit. Ciri-ciri demam berdarah pun makin sulit dipantau, kalau tidak periksa darah ke laboratorium. Sehingga kalau terlambat, bisa terancam kematian.

Bahaya Hipertensi

Akhir-akhir ini juga, hipertensi atau lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi, sudah tergolong ancaman global yang mematikan. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, 1 dari 3 orang penduduk mengalami hipertensi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan tahun 2025, sekitar 1 miliar penduduk dunia menderita hipertensi. Dua pertiga di antaranya tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hipertensi menyumbang 51 persen kematian akibat stroke, dan 45 persen kematian akibat jantung koroner.

Hipertensi adalah penyakit laten yang mematikan. Ironisnya, tanpa gejala apa-apa, hipertensi dapat mengakibatkan kematian. Di Asia Tenggara, menurut WHO, 1,5 juta orang per tahun, meninggal akibat hipertensi. Untuk mengontrol hipertensi, setiap orang perlu memeriksa tekanan darah secara rutin. Saat ini Kementerian Kesehatan menyelenggarakan pengukuran tekanan darah secara gratis, dari tgl 7 hingga 14 April di berbagai fasilitas kesehatan yang ditunjuk.

Bagi penderita hipertensi, perlu diberi obat penurun tekanan darah sesuai kondisinya, bahkan bisa dikonsumsi seumur hidup. Untuk mencegah hipertensi, perlu dibiasakan pola makan sehat dengan menghindari makanan yang banyak mengandung garam, gula dan lemak. Perlu diupayakan pula berolah raga yang teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan tidak merokok. Kebiasaan merokok dan kurang olah raga, memang adalah kelemahan kebanyakan warga kota, karena sibuk dan sering kerja sampai malam.

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan atau terkanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg. Ini masih hipertensi ringan. Hipertensi sedang apabila sistolik lebih atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih atau sama dengan 100 mmHg, sedang hipertensi tinggi (berat) apabila tekanan darah sistolik 180 mmHg dan diastolik 110 mmHg. Tensi normal adalah (120/85) mmHg. ***

CATEGORIES
TAGS