Awas, Produk Indonesia Digusur Barang Impor

Loading

Laporan: Redaksi

Pembukaan pameran P3DN di Surabaya

JUMPA PERS - Dirjen Berbasis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang P3DN, Fauzi Azis dan Direktur Pengadaan Industri dan Produksi BPKP, Mirawati Sujo saat jumpa pers usai pembukaan pameran P3DN di Surabaya, Rabu 11 April 2012 (tubasmedia.com/sabar hutasoit)

SURABAYA, (TubasMedia.Com) – Dirjen Berbasis Industri Manufaktur (BIM) Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto menyatakan pemerintah terus berupaya meningkatkan kinerja industri dalam negeri. Di antaranya dengan melakukan restrukturisasi industri seperti tekstil, alas kaki, gula dan pupuk.

“Yang tidak kalah penting adalah dengan perkuatan pasar dalam negeri dari gempuran barang impor melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) serta melalui penerapan regulasi dan kampanye cinta produk dalam negeri,” kata Panggah pada peresmian Pameran Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) di Surabaya, Rabu.

Upaya restrukturisasi lanjutnya, tak hanya untuk membentengi pasar lokal dari gempuran produk luar saja. Namun upaya tersebut sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja industri dalam negeri. Jika konsep ini diterapkan, hasilnya diklaim akan sangat berarti bagi masyarakat.

Disebutkan, saat ini industri non migas Indonesia tumbuh 6,83 persen, di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,4%. Dan pencapaian itu terhitung terbesar sejak 2005. Saat ini pemerintah tengah menggalakkan penggunaan sumber daya alam untuk dimaksimalkan menjadi produk bernilai tinggi sebagai program hilirisasi.

Program tersebut menggambarkan bagaimana sumber daya alam bisa diproses di dalam negeri sehingga menghasilkan produk bernilai tinggi. Ini juga didukung adanya penerapan undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba) yang menyatakan bahwa tahun 2014, ekspor produk mentah tidak diperbolehkan.

Sementara Wakil Ketua Umum Kadin Jatim Dedy Suhajadi mengatakan, penguasaan pasar dalam negeri menjadi keniscayaan untuk mempertahankan kedaulatan pasar. Pasar Indonesia saat ini sangat terbuka dengan negara lain. Akibatnya, banyak produk Indonesia yang terancam.

“Untuk itu, kami berharap, pemerintah pusat bisa memberikan kontribusi lebih besar terhadap produk yang nyata-nyata mau dibunuh oleh produk luar seperti sayur-mayur dan buah-buahan,” tegas Dedy.

Menurutnya, persaingan adalah perang dan jika industri nasional kalah bersaing, berarti Indonesia akan jadi miskin. Dedy juga mengatakan tak hanya pasar dalam negeri yang tergerus oleh produk luar, Indonesia juga belum maksimal mempertahankan sumber daya alam.

“Tidak semua sumber daya alam yang ada bisa dikuasai, beberapa sumber daya tidak bisa dikuasai, seperti migas, nikel, belum bisa dimaksimalkan untuk kemakmuran bangsa. Sebagian besar diekspor dalam bentuk bahan mentah. Undang-undang Minerba harusnya didukung oleh Kemenperindag dan bagaimana ini bisa dikembangkan untuk masyarakat lokal,” tandasnya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS