Bahaya Banjir Besar Sudah Mengancam

Loading

Oleh: Anthon P.Sinaga

Ilustrasi

Ilustrasi

HARI-hari terakhir ini hujan mulai turun di seputar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Tidak sedikit jalan-jalan dan kawasan permukiman menjadi tergenang air, karena tidak bisa teralirkan dengan cepat. Demikian juga hujan-hujan lebat sejak minggu terakhir ini mulai turun sekitar Kabupaten Bogor sampai Puncak, Cianjur, yang menjadi sumber banjir kiriman lewat Kali Ciliwung ke kota Bogor, Depok dan Jakarta.

Tidak hanya Kali Ciliwung, Kali Pasanggrahan dan Kali Krukut yang juga berhulu dari kawasan Puncak, kini menjadi ancaman banjir di sekitar daerah perumahan IKPN, Tangerang, maupun daerah Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan. Pihak Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Selatan, terpaksa mengirimkan perahu-perahu karet ke daerah permukiman Pondok Labu untuk mengevakuasi penduduk yang terancam kelelap.

Hujan dan petir yang melanda Kota Depok juga mengakibatkan genangan air di sejumlah jalan utama di kota itu, antara lain di Jalan Raya Margonda yang sehari-hari paling sibuk dengan angkutan kota.

Belasan mobil, termasuk angkot yang bercasis rendah, menjadi mogok karena knalpot pembuangan gasnya tertutup oleh banjir. Untungnya Kali Ciliwung yang membelah kota ini, tidak meluap. Ketinggian air Ciliwung di Pos Pengamatan Jembatan Panus, Depok, masih normal atau masih di bawah ambang siaga 150 cm atau di bawah ambang membahayakan.

Perlu diketahui curah hujan yang tinggi di daerah tangkapan air Kabupaten Bogor sampai Puncak Cianjur, bila tidak dikendalikan, bisa menjadi ancaman banjir di pusat kota Jakarta, sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia. Hal ini mirip dengan banjir besar yang melanda Kota Bangkok, ibukota Thailand sekarang ini, yang harus menjadi pelajaran bagi Indonesia.

Curah hujan di daerah Puncak dapat dimonitor di Bendung Katulampa, Bogor. Apabila ketinggian air sudah mencapai 90-150 cm sudah tergolong siaga III, siaga II bila ketinggian 150-200 cm, dan siaga I bila ketinggian di atas 200 cm. Dalam waktu 12 jam sampai 14 jam, banjir kiriman tersebut sudah sampai ke pintu air Manggarai, dan melanda Jakarta.

Perlu Gotong Royong

Sebenarnya untuk mengantisipasi dan menanggulangi banjir, bisa dicegah dengan perlombaan-perlombaan membersihkan sungai dengan semangat gotong royong. Tampaknya kita tidak bisa hanya tergantung pada kebijakan pemerintah, walaupun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pekanlalu sudah memperingatkan bawahannya, sebelum berangkat ke Paris, jangan anggap enteng dengan ancaman banjir.

Beberapa waktu lalu, seputar Jembatan Panus Depok, telah dilakukan gotong royong oleh masyarakat setempat , yang disponsori Komunitas Peduli Ciliwung dan Pemerintah setempat, untuk membersihkan sampah-sampah dari Kali Ciliwung. Puluhan dan bahkan ratusan karung sampah dapat dikumpulkan dari sungai tersebut, sehingga daya tampung sungai menjadi bertambah dan kecepatan aliran sungai pun bisa bertambah cepat.

Akhir bulan lalu, ratusan warga Kota Bogor yang terkonsentrasi di belasan titik permukiman sepanjang Kali Ciliwung, juga terjun membersihkan sampah dari sungai tersebut. Mereka berlomba menjadi pengumpul sampah terbanyak di tepi sungai itu. Sampah-sampah yang dikumpulkan dalam karung-karung berukuran 25 kg dihitung dan dideretakan di sepanjang tepi sungai tersebut, untuk kemudian diangkut oleh armada truk yang disediakan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor.

Mereka menyebut kegiatan itu, sebagai Lomba Mulung Ciliwung Antar-kelurahan se-Kota Bogor, yang digelar oleh Komunitas Peduli Ciliwung. Sebelas kelurahan yang berada sepanjang bantaran Kali Ciliwung dilibatkan,. Yakni, Kelurahan Katulampa, Tajur, Sindang Rasa, Babakan Pasar, Baranangsiang, Sempur, Bantarjati, Kedung Badak, Cibuluh, Kedung Halang dan Kelurahan Tanah Sereal.

Untuk merangsang semangat penduduk disediakan piala bergilir dan hadiah uang bagi juara lomba. Untuk juara pertama disediakan hadiah Rp5 juta, juara kedua hadiah Rp 3 juta dan juara ketiga diberi hadiah Rp2 juta selain piala. Kegiatan serupa perlu diikuti warga Jakarta, terutama yang bermukim sepanjang bantaran Kali Ciliwung, seperti daerah Pasar Rebo, Kramat Jati, Cawang, Kampung Melayu, sampai Manggarai.

Kali Ciliwung yang membentang dari Puncak Cianjur dan Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi DKI Jakarta sepanjang sekitar 119 kilometer, kondisinya sekarang ini semakin memprihatinkan. Daerah tangkapan air di daerah hulu dan juga sepanjang bantaran sungai menjadi rusak, akibat beralih fungsi menjadi daerah permukiman.

Kondisi ini masih ditambah lagi dengan kebiasaan buruk dari penduduk yang menjadikan Kali Ciliwung sebagai tempat pembuangan sampah terjanjang di dunia. Apabila sungai-sungai di seputar Jabodetabek tidak dibersihkan, ancaman banjir besar lima tahunan sudah di depan mata. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS