Bandung Magnitude Pasar Dalam Negeri Yang Menjanjikan

Loading

Oleh : Fauzi Azis

Fauzi Azis

Fauzi Azis

PARIS Van Java begitu awam mengenalnya sebagai brand sebuah kota berpengharapan, sumber dari segala sumber untuk memberikan nilai tambah bagi siapapun yang datang. Keunikannya kalau ditanya kepada siapapun pasti akan beragam jawabnya, bisa ada yang menjawab sebagai pusat pendidikan, bisa juga ada yang menjawab sebagai pusat wisata, pusat belanja, pusat kuliner, pusat industri kreatif dan menjadi pusatpusat yang lain.

Sebagai pusat belanja, wisata dan kuliner, alah mak kalau akhir pekan berjubel kota Bandung ini, berapa uang yang berputar (rupiah, dolar, ringgit, real dan mungkin yang lain-lain). Kapitalisasi nilai ekonominya pasti sangat besar. Benar-benar kota tersebut menyenangkan kata yang suka berkunjung meskipun macetnya nggak ketulungan.

Benar-benar memilki magnitude yang besar sebagai emerging market untuk daerah. Lagi-lagi inilah gambaran sebuah kekuatan ekonomi domestik yang kalau dikelola dan terkelola dengan baik dan benar akan mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi. Di jalan Sultan Agung, jalan Riau kita akan menjumpai pusat distro yang sangat kreatif dan menawan, di situlah rupiah, ringgit, dolar berputar membelajakan T-shirt bergambar inspiratif, tas dan lain-lain dengan harga yang sangat kompetitif.

Rasanya para konsumennya dari manapun datangnya pasti akan memberikan respon yang positif dan tanpa ragu untuk berbelanja. Kreatifitas anak mudanya patut diacungi jempol. Inilah cara melawan brand-brand mapan di dunia seperti Billabong, Zara,GAP, di pasar domestik. Harga kaos oblong billabong bisa dijual 3 kali lipat dr T-shirt distro Bandung, kualitasnya tak kalah bagus.

Kota lain boleh ngiri melihat daya tarik Bandung, tapi yang pasti tidak akan bisa dicopy-paste begitu saja, karena kultur masyarakatnya dan faktor geostrategiknya berbeda-beda satu sama lain.

Yang patut diberikan catatan adalah jangan sampai terlena dan alpa bahwa Bandung sebagai the emerging market di Jawa Barat dan di Indonesia kemudian hanya menjadi etalasenya barang-barang impor yang masuk dan beredar secara legal maupun ilegal yang pada akhirnya akan mematikan semangat inovasi dan kreatifitas masyarakatnya yang telah lama tumbuh.

Janganlah sampai terjadi kota Bandung menjadi pusat underground economy yang hasilnya hanya bisa dinikmati oleh tangan-tangan yang tak nampak (invisible hand). Orang Malaysia datang ke Bandung tidak mencari Billabong, GAP, Zara dan lain-lain, mereka datang untuk berbelanja barang-barang buatan asli Indonesia, yang dimata mereka harganya sangat kompetitif, kualitas dan desain bagus.

Itulah sebuah apresiasi internasional yang diberikan oleh bangsa lain di dunia terhadap karya anak negeri yang dinilai sudah dapat memenuhi selera mereka. Sangat disayangkan kalau kita sendiri tidak memberikan apresiasi yang sama dan harus lebih tinggi tingkat penghargaannya.

Tidaklah berlebihan kalau kita usulkan kepada pemerintah untuk menetapkan kota Bandung sebagai salah satu pusat destinasi pembelajaan produk Indonesia.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS