Banyak Industri Pengolahan di Bali yang Mati

Loading

industri

DENPASAR, (tubasmedia.com) – Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Dewi Setyowati mengatakan, di Bali banyak industri pengolahan yang mati akibat semakin mahalnya LPG, listrik, upah minimum provinsi (UMP) dan BBM. Ditambah lagi nilai tukar rupiah yang kurang darah.

‘’Industri pengolahan sangat terbebani dengan tingginya biaya produksi. Sementara serapan pasar tak maksimal karena minimnya daya beli. Sementara itu pertumbuhan industri pengolahan melambat dari 7,50% (yoy) pada triwulan IV-2014 menjadi 6,72% (yoy) triwulan I-2015,” kata Dewi di Denpasar, Sabtu (11/7/2015).

Kelongsoran industri pengolahan ini, lanjut Dewi, berdampak kepada menurunnya pertumbuhan kredit perbankan dari 17,55% (yoy) menjadi hanya 13,55% (yoy) dengan jumlah kredit Rp 1,8 triliun.

Di sisi lain, konsumsi listrik industri melaju sampai 9,24% (yoy). Saat triwulan IV 2014 sebesar 3,05% (yoy) terkerek menjadi 9,24% (yoy) pada Semeseter I 2015.

Pelemahan industri ini, tutur Dewi menghantam perolehan devisa nonmigas di Pulau Dewata. Terjadi pelambatan dari 19,96% menjadi 18,55% (yoy) pada triwulan I-2015.(ril/sabar)

CATEGORIES
TAGS