Banyak Peraturan yang Berbelit di Indonesia

Loading

Laporan: Redaksi

Budi Darmadi

Budi Darmadi

JAKARTA, (Tubas) – Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi mengatakan pengembangan mobil murah di Indonesia masih kalah jauh dibandingkan Thailand. Penyebabnya, terlalu banyak peraturan yang berbelit sehingga pengembangan mobil murah di Indonesia berjalan lambat.

“Di Thailand itu, tidak seketat itu persyaratannya,” kata Budi menambahkan beberapa perusahaan mobil sudah tertarik untuk untuk ikut dalam program low cost car dan green car yang akan dicetuskan oleh pemerintah. Namun, perusahaan tersebut belum menunjukkan komitmennya, hanya sekadar tertarik.

Budi Darmadi menyebutkan beberapa perusahaan mobil yang sudah menyatakan tertarik untuk ikut dalam pengembangan low cost car dan green car. “Sudah ada beberapa yang interested, Daihatsu interested, Suzuki interested, Nissan interested dan kemungkinan Toyota juga interested. Perusahaan mobil Jepang sudah beberapa yang bertanya-tanya, tapi baru taraf menjajaki,” katanya.

Budi menjelaskan, keikutsertaan perusahaan-perusahaan otomotif tersebut nantinya akan membawa banyak keuntungan untuk Indonesia khususnya dalam bidang kemandirian teknologi. Perusahaan-perusahaan yang ikut dalam pengembangan low cost dan green car nantinya harus membuat teknologi mesinnya di Indonesia.

Low cost green car itu dikaitkan dengan kemandirian di bidang teknologi sehingga siapa pun yang ikut itu harus membuat power train engine di Indonesia, itu akan membuat kita mandiri di bidang teknologi,” jelasnya.

Budi menambahkan, pemerintah banyak menerapkan persyaratan untuk perusahaan yang ingin ikut mengembangkan low cost and green car di Indonesia. Karena itu, Budi menilai akan memakan waktu yang lama.

“Kan ada kemandirian di bidang teknologi sebagai persyaratan itu kebijakan bersama, ready berapa tahun, lalu poin apa saja level of penetary, assembling bagaimana, machine bagaimana, lalu casting, itu tidak gampang, pemerintah ingin dapat itu, maka discuss selama 1-2 tahun, kapan mereka bisa,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, pemerintah menyangkal akan adanya penggelembungan (bubble) di sektor otomotif karena rendahnya uang muka (down payment) pembelian kendaraan bermotor. Walaupun saat ini masih ada pihak-pihak yang memberikan keringanan uang muka sampai dengan 10% dari harga kendaraan bermotor.

Sekarang katanya mayoritas 20% DP-nya. Beberapa yang minoritas DP-nya 10%, tapi masih minoritas. Budi meyakini, penggelembungan di sektor otomotif belum akan terjadi karena pihak-pihak bank masih menerapkan uang muka yang tinggi. “Artinya belum bubble karena DP-nya tinggi. Artinya cukup aman,” ujarnya.

Budi menyarankan, memang lebih baik uang muka kredit pembelian mobil dinaikan untuk mencegah terjadinya bubble. Namun, Budi hanya tersenyum ketika ditanyai berapa kenaikan uang muka agar menghindari terjadinya bubble. (sabar)

TAGS

COMMENTS