Belajar dan Berubah

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

MANUSIA diberikan akal oleh Tuhan agar menggunakannya untuk belajar dan berubah. Hampir sulit menemukan sebuah pembenaran bahwa para pembelajar, para kreator, para inovator, dan para pejuang perubahan, “gagal” mencapai sukses mewujudkan cita-citanya. Kalaupun mengalami kegagalan, para pembelajar dan para tokoh perubahan pasti akan mencobanya kembali sampai bisa berhasil.

Pembelajar yang baik sangat rajin “berburu” ilmu tanpa nyaris dibatasi oleh ruang dan waktu. Pembelajar yang aktif dan bijak selalu. memandang manusia yang lain adalah guru terbaiknya.Tidak peduli dari ras manapun asalnya. Bahkan, tak peduli manusia itu kaya atau miskin. Bahkan, yang bodoh sekalipun.

Manusia yang demikian rupanya memegang prinsip hidup bahwa siapa pun pada diri setiap manusia selalu ada sebutir mutiara yang indah di pikiran dan kalbunya yang bernilai positif bagi orang lain.Dan kalau hal itu dicermati, dipelajari, serta dihimpun, akan menjadi kekuatan dan energi positif untuk melakukan perubahan yang nilai kemanusiaannya tinggi.

Perubahan hakikatnya adalah naik kelas dalam semua aspek kehidupan.Dan semua bisa terjadi, tidak ada yang bersifat instan. Seperti halnya naik kelas, prosesnya berjenjang. Tidak patut kalau mau naik kelas dilakukan dengan cara menerabas, misalnya dengan cara menyuburkan budaya korupsi, sogok dan suap. Jika manusia melakukan dengan cara yang seperti itu, maka manusia berarti gagal mensyukuri karunia Tuhan yang telah memberinya akal.

Manusia yang seperti ini berarti telah salah menggunakan akalnya secara sehat. Manusia yang akalnya tersesat sulit akan mampu menjadi tokoh perubahan, karena gagal mengelola idialisme, karena perubahan pada dirinya selalu mengedepankan pentingnya idealisme. Membawa ke jurang kehancuran malah bisa jadi, kecuali kalau kemudian sadar bahwa akalnya telah digunakan dengan cara yang salah.

Manusia yang seperti ini lupa diri bahwa pada dirinya terselip sebutir mutiara kekuatan, yang jika digunakan secara positif akan berguna untuk menghasilkan karya yang sekecil apapun nilainya dapat berkontribusi bagi upaya perubahan yang dicita-citakan. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus menjadi pembelajar yang baik dan harus mampu melakukan perubahan di segala bidang kehidupan agar bangsa ini bisa segera keluar dari berbagai masalah yang dihadapinya.

Tidak segera belajar dengan cepat, apakah belajar dari kesalahan masa lalu atau belajar agar makin menguasai iptek, maka kita akan tertinggal dari bangsa-bangsa lain di dunia yang duluan maju. Tahun 2030, bangsa ini diproyeksikan akan menjadi bangsa dengan kekuatan ekonomi terbesar, nomor 7 di dunia. Kita tidak perlu mabuk kepayang dengan pujian dan proyeksi itu.

Namun, jika bangsa ini berhasil menjadi pembelajar yang baik dan mau berubah dan mampu melakukan perubahan dalam kehidupan politik, ekonomi, hokum, dan lain-lain, maka posisi menjadi negara terbesar nomor 7 di dunia, tidak mustahil akan menjadi sebuah kenyataan.

Eko Laksono dalam bukunya berjudul Imperium-III, Zaman Kebangkitan Besar menyatakan bahwa visi pembelajar yang unggul akan menghasilkan:1) Generasi baru yang unggul secara intelektual, emosional, dan spiritual. 2) Negarawan dan pejabat yang efektif dan bermoral baik. 3) Masyarakat yang lebih damai, stabil, dan memiliki keeratan sosial tinggi, mampu memecahkan masalah secara logis dan rasional. 4)Pengusaha-pengusaha yang berdaya saing tinggi, berwawasan global, cepat dalam mengadopsi teknologi baru dan mengembangkan pasar. 5) Tenaga kerja yang produktif dan efisien. 6) Aparat hukum berkemampuan tinggi yang akan menciptakan sebuah negara yang teratur dan bersih. ***

CATEGORIES
TAGS
NEWER POST

COMMENTS