Berdamai Dengan Diri Sendiri

Loading

Oleh: Ciptadi

Ilustrasi

Ilustrasi

SEBENARNYA masalah kedamaian di dunia adalah masalah ketenteraman dalam masyarakat yang merupakan hal pokok pada kehidupan setiap manusia, dengan demikian masalah kedamaian bukan merupakan monopoli dari suatu golongan dalam masyarakat tertentu.

Hanya dalam suasana tenteram dan damailah usaha-usaha manusia dapat terhasil dengan baik. Oleh karena itu, sebenarnya kita semua tanpa kecuali terikat pada suatu keharusan untuk bersama-sama menciptakan kedamaian di masyarakat. Namun nampaknya tidak mudah untuk menciptakan suasana damai dalam masyarakat. Kita masih sering melihat adanya krisis demi krisis yang melanda kehidupan masyarakat.

Sebelum kita membicarakan lebih lanjut mengenai pembinaan suasana damai dalam masyarakat, penulis bertanya, “Sudahkah kita semua dapat berdamai dengan diri kita sendiri masing-masing? Mengapa pertanyaan ini dikemukakan? Oleh karena menurut hemat penulis, berdamai dengan diri sendiri sebenarnya adalah istilah lain untuk kebahagiaan.

Bagi seseorang yang merasakan adanya kebahagiaan yang meliputi dirinya, sudah tentu tidak ada pamrih jelek yang keluar dari dirinya terhadap masyarakat sekelilingnya. Mungkinkah bagi orang yang diliputi rasa bahagia akan melakukan perbuatan yang merusak iklim kebahagiaannya sendiri? Tetapi sebaliknya, orang yang merasa dirinya tidak bahagia mungkin sekali berbuat yang merugikan masyarakat.

Sebuah contoh cerita ekstrim dari sejarah Romawi, yaitu cerita tentang Kaisar Nero yang memerintah tahun 37-38. Ia adalah contoh dari seorang yang tidak bahagia, bahkan dapat dikatakan sakit jiwa. Tindakan Nero yang terkenal dalam sejarah ialah pada saat ia memerintahkan untuk membakar kota Roma.

Perintah ini bukan disebabkan oleh pertimbangan kenegaraan apa pun, melainkan semata-mata karena Nero ingin meratapi kota yang sedang terbakar dengan dasyat, sambil membuat syair. Sesungguhnyalah bagi orang-orang yang merasa dirinya tidak bahagia, hal-hal yang aneh bisa terjadi.

Kedamaian hati dalam diri sendiri, berkaitan dengan keadaan manusia itu sendiri dan hubungannya dengan dunia. Oleh karena manusia hidup di dunia yang diciptakan Tuhan Yang Mahakuasa khusus untuk tempat tinggal para manusia. Semua itu saling berkaitan, dengan kata lain, hidup manusia tidak dapat terlepas dengan keadaan: Sesama manusia Kebendaan ( keduniawian – termasuk kekayaan, kedudukan) Tuhan Yang Maha Esa

Dapat dikatakan bahwa manusia yang telah dapat berdamai dengan diri sendiri, berarti ia telah:

Berada dalam suasana damai dengan sesama manusia
Berada dalam suasana damai dengan benda yang ada disekelilingnya
Berada dalam suasa damai karena telah menghayati kehadiran Tuhan dalam dirinya

Sebagai contoh mengenai hubungan manusia dengan kebendaan tidaklah selalu menumbuhkan keharmonisan bagi jiwa manusia. Hal ini terjadi apabila manusia tidak dapat merasa puas atas benda yang diinginkan, misalkan ketika ia begitu ingin memiliki sebuah mobil, tetapi keinginan itu tidak pernah tercapai.

Begitu juga dengan keinginan seseorang memiliki kedudukan/pangkat/jabatan yang tinggi, tetapi tidak pernah tercapai. Akhirnya hatinya selalu bergolak, atau tidak pernah merasakan kedamaian dalam hatinya terhadap keinginan pada hal-hal keduniawian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa berdamai dengan diri sendiri bukan semata-mata persoalan yang tertuju ke dalam diri kita sendiri, tetapi menyangkut pula hal-hal yang berada di luar diri kita. Ada pendapat bahwa untuk mencapai kedamaian pada diri sendiri perlu mengasingkan diri dari keramaian dunia, yaitu mengasingkan diri ke tempat-tempat sunyi di gunung atau hutan yang sepertinya diliputi kedamaian.

Hal itu tidak menjadi jaminan bahwa seseorang yang mengasingkan diri dari kehidupan ramai di dunia dapat berdamai dengan dirinya sendiri. Terpenting adalah ketika seseorang dapat melakukan pengolahan di dalam dirinya sendiri ketika berhadapan dengan bermacam-macam keadaan di dunia ini.

Pengolahan di dalam diri sendiri ialah ketika seseorang telah dapat mengatur jiwanya, yaitu mengatur keharmonisan antara pikirannya, penalarannya, dengan nafsu-nafsunya (keinginan, kemauannya).

Ketika seseorang telah dapat selalu berpikir positif, menalar dan memiliki pengertian yang benar yang disertai dengan keinginan dan kemauan yang positif maka seseorang memiliki keharmonisann antara pikiran dan nafsunya.

Ia akan dapat berdamai dengan dirinya sendiri. Oleh karena orang yang telah dapat berdamai dengan diri sendiri berarti ia selalu berpikir positif, hatinya telah tenang menghadapi berbagai kehidupan keduniawian, dengan selalu berserah diri atau mendekat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berarti membuat masyarakat damai, dimulai dari manusia-manusia yang dapat berdamai dengan dirinya sendiri yang tidak selalu terpengaruh (bergolak), ketika melaksanakan kehidupan bermayarakat sebagaimana mestinya.***

CATEGORIES
TAGS