Berhentilah Merusak

Loading

Ole: Fauzi Azis

ilustrasi

ilustrasi

ADA sebuah pelajaran baik dari orang tua kita ketika kita masih anak-anak. Nasehatnya adalah dalam bermain janganlah sampai merusak, karena kalau ada yang sampai rusak, apapun bentuknya, setiap kerusakan itu pasti merugikan semua pihak. Nasehat semacam ini pada zaman sekarang mudah-mudahan masih banyak dilakukan oleh orang-orang tua yang kesibukannya sudah sangat luar biasa, terutama yang hidup di daerah perkotaan.

Merusak dapat bersifat kerusakan pisik seperti merusak tanaman atau merusak fasilitas publik dan sekarang ini yang sedang mengglobal, yakni merusak lingkungan hidup sampai menimbulkan persoalan global warming dan sebagainya. Pada sisi yang lain, merusak juga dapat bersifat menimbulkan dampak kerusakaan dalam kehidupan sosial, moral dan etika serta psikis.

Dalam lingkungan yang lebih besar, seperti dialami Indonesia dikatakan bahwa negeri ini sedang sakit. Mengapa sampai dikatakan sebagai negeri yang sedang sakit tentu ada penyebabnya. Salah satunya disebabkan karena negeri ini dipimpin sejumlah oknum elit penyelenggara negara yang perilakunya korup, tanpa pernah berfikir dampaknya bahwa perilaku korup itu bersifat destruktif bagi kepentingan pembangunan.

Oleh sebab itu, korupsi dikategorikan sebagai tindakan kriminal yang luar biasa karena dampaknya merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perilaku korup dan perilaku lain yang bersifat merusak harus diberhentikan demi kehidupan bersama yang bersih, damai dan sejahtera.

Upayanya tentu banyak yang bisa kita lakukan seperti mulai dari diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat sampai menegakkan aturan hukum tanpa pandang bulu demi terselenggaranya law and order di negeri ini. Jika tidak berhenti merusak, lama kelamaan semua sistem tatanan kehidupan ini akan menjadi rusak dan akibatnya menghancurkan sebuah peradaban.

Manusia diberi kekuatan akal supaya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk membangun sebuah peradaban bangsa. Namun manakala sumber kekuatan itu digunakan dengan cara yang salah karena yang memandu adalah hawa nafsunya, maka tindakan yang dilakukannya dapat menghancurkan peradaban yang dibangunnya.

Mengutip pandangan para ahli psikologi maupun ahli sufi, disampaikan bahwa ihwal berkaitan dengan hawa nafsu ini ada tiga kekuatan hawa nafsu yang “destruktif”. Pertama disebut sebagai kekuatan kebinatangan. Dalam diri setiap manusia terkandung unsur kenbinatangan ini. Unsur inilah yang mendorong manusia untuk mencari kepuasan lahiriah atau kenikmatan sensual.

Kekuatan kedua disebut sebagai kekuatan binatang buas. Kita senang menyerang orang lain, suka memakan/mengambil hak orang lain atau sifat buruk lainnya yang pendek kata dikatakan bahwa pada diri manusia ada unsur kekuatan untuk menyerang orang lain. Kekuatan ketiga disebut sebagai kekuatan yang mendorong manusia untuk membenarkan segala kejahatan yang kita lakukan.

Dalam kategori yang ketiga ini, kejahatan korupsi termasuk di dalamnya. Kalau kita meyakini akan hal itu, maka memang segala macam yang terjadi di muka bumi sampai menimbulkan kerusakan apa yang ada di dalamnya hampir sebagian besar disebabkan perilaku manusia yang bersifat destruktif. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS