Industri Otomotif Lebih Mungkin Dibangun di Pulau Jawa

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

WORKSHOP - Dirjen IUBTT, Budi Darmadi (tiga dari kiri) bersama Dirjen BIM, Panggah Susanto (dua dari kiri), Dirjen KII, Agus Tjahajana (ujung kanan) serta Kepala BPKIMI, Aryanto Sagala (dua dari kanan) saat tampil sebagai nara sumber pada panel diskusi pada Workshop Pendalaman Kebijakan Industri Untuk Wartawan di Bandung, 16 Maret 2012 –tubas/istimewa

BANDUNG, (TubasMedia.Com) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai pembangunan kawasan industri khusus otomotif di Indonesia membutuhkan kesiapan serta kekuatan sumber daya manusia (SDM).

Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin Dedi Mulyadi mengatakan kawasan industri khusus otomotif lebih mungkin dibangun di Pulau Jawa ketimbang luar Jawa. Pasalnya, tingkat keterampilan SDM di Jawa sudah bertumbuh.

“Kunggulan dari industri otomotif adalah SDM. Tidak bisa berdiri sendiri. Keterampilan SDM di Jawa sudah tumbuh. Kemungkinan dibangun di luar Jawa tidak mungkin,” kata Dedi dalam dalam workshop Kemenperin bertema “Pendalaman Kebijakan Industri” di Bandung, Jawa Barat akhir pekan lalu.

Dedi mencntohkan, kawasan industri otomotif bisa dibangun di Kendal, Jawa Tengah. Demi melakukan ini, pihaknya akan mendorong pembangunan kawasan industri otomotif di luar Jawa. Hal ini dikarenakan industri permesinan, tidak membutuhkan banyak air. “Ke depan kalau kita siapkan di luar Jawa. Industri permesinan tidak butuh air,” tambahnya.

Dia menyebutkan, luas lahan kawasan industri sekira1.250 hektar (ha) tahun lalu. Kawasan itu mencakup Bekasi, Karawang, Tangerang, dan Serang. Dari jumlah itu, ditambahkan Dedi, sekira 52 persen lahan digunakan oleh industri automotif. Di tahun 2010 lalu, luas lahan di kawasan ini telah mencapai 530 hektare. Sedangkan untuk tahun ini, ada sekira 800 ha lahan yang siap digarap di Bojonegoro, tiga ribu hektare di Karawang, dan dua ribu hektar di Purwakarta.

“Dana investasi yang dibutuhkan untuk mengelola kawasan industri adalah sekira Rp600.000-1,5 juta per hektar. Dana itu, hanya untuk lahan dan belum termasuk biaya untuk lainnya seperti listrik,,” jelas Dedi

Dirinya mentargetkan, di tahun ini, ada 1.200 hektar lahan baru lagi yang siap menjadi industri dan lahan ini memerlukan infrastruktur.

”Masalah investasi ada tiga yaitu egoisme otonomi daerah sehingga perizinan jadi panjang, biaya ekonomi, dan infrastruktur,” tandasnya. (sabar)

TAGS