Jangan Hanya Merajuk dan Menghujat

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

SEBAGAI sesama warga bangsa berhentilah merajuk agar hidup kita tenang, damai, dan penuh syukur. Kita adalah bangsa yang besar dan mempunyai banyak masalah. Ini sebuah realita. Tapi, bangsa yang besar tidak menjamin bahwa bangsa dan negaranya akan kuat, jika setiap masalah yang hadir di tengah-tengah kehidupan hanya dijadikan bahan diskusi, bahan pergunjingan.

Kita hanya bisa berkeluh kesah, menghujat, merajuk atas berbagai masalah yang mengadang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal, masalah itu harusnya diselesaikan. Proses penyelesaiannya pasti butuh waktu, bisa cepat bisa juga lambat, bergantung pada bobot dan kompleksitasnya.

Semua pihak pada dasarnya ikut bertanggung jawab dan di pundak masing-masing secara proporsional melekat tanggung jawab untuk sharing bagaimana suatu masalah dapat dipecahkan.

Karena itu, sikap yang paling baik adalah berhentilah merajuk, menghujat, menebar kebencian tatkala sejumlah masalah hadir di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Penemuan terhebat dari masa ke masa adalah bahwa kita dapat mengubah masa depan kita hanya dengan mengubah sikap kita (Oprah Winfrey).

Sikap kita yang harus kita ubah, antara lain, berhentilah merajuk, menghujat, dan ganti dengan sikap yang lebih humanis, saling memulyakan, dan saling sharing seraya berpikir positif untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa dan negara ini. Kita akan menjadi bangsa adidaya di dunia, “percayalah”, karena modalitasnya sudah kita miliki.

Hampir sebagian besar bangsa di dunia memiliki penilaian tersendiri tentang negeri ini. Ibaratnya bisa disulap menjadi 4 kekuatan utama yang akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi di masa depan,yakni pangan, energi, pariwisata, dan hiburan.

Empat kekuatan itu, sumber dayanya lengkap kita miliki. Jadi patut disyukuri, bukan dilakukan dengan cara merajuk, penuh curiga dan kedengkian di antara kita sendiri.

Membangun Indonesia ke depan tidak bisa dengan motivasi yang buruk dan lebay, kalau keberhasilan dan kesuksesan yang kita harapkan. Bersihkan hati dan pikiran.

Berhentilah merajuk dan menghujat, hanya bisa mencari-cari kesalahan orang lain dalam membangun negeri ini. Gemah ripahnya negeri hanya bisa dibangun dengan semangat keadaban dan beradab, saling memulyakan, saling berbagi dan saling bekerja sama.

Berpikir positif landasannya. Sukses butuh kesungguhan, kerja keras, kerja cerdas, dan disiplin sebelum kita didisiplinkan oleh orang lain atau bangsa lain. Kesuksesan akan didapatkan dengan kesungguhan dan kegagalan terjadi akibat kemalasan.

Bersungguh-sungguhlah, maka kamu akan mendapatkan dengan segera apa yang kamu cita-citakan (Sholahudin As-Supadi). Semoga kita tidak menjadi bangsa dan negara yang gagal, seperti pernah diramaikan oleh media beberapa waktu yang lalu.

Anggap saja stigma negara gagal hanyalah sekadar cambuk agar bangsa ini tidak salah arah dan salah jalan dalam mengelola sumber daya nasionalnya guna membangun masa depan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Terima kasih, ya Tuhan yang telah memberikan kekayaan alam kepada bangsa dan negara ini. Semoga kekayaan alam itu dapat menjadikan hidup kita makin sejahtera dan makmur, dan bisa membantu bangsa lain yang tidak lebih beruntung dari bangsa Indonesia.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS