Layang-Layang Putus

Loading

Oleh : Perwira Sari

Ilustrasi

Ilustrasi

TIDAK ada yang pernah tahu apa yang terjadi pada diri seseorang pada 1 detik di depannya. Hanya karena kuasa Tuhan yang ada pada diri setiap manusialah, seseorang dapat merencanakan suatu kegiatan menit-menit berikutnya dalam kehidupan ini.

Akan tetapi kuasa yang dipinjami Tuhan kepada setiap hamba tersebut terkadang tidak pernah disadari hamba. Dianggapnya semua yang dikerjakannya adalah karena kemampuan diri pribadinya sendiri. Banyak kejadian yang menunjukkan bahwa sebenarnya manusia tiba-tiba tidak dapat menguasai dirinya atas kejadian yang menimpanya, misal tiba-tiba jatuh sakit, tiba-tiba terkena musibah dan sebagainya.

Bagaimana hamba dapat selalu sadar bahwa ia dipinjami kuasa oleh Tuhan dan dapat membabarkan kuasa Tuhan untuk kesejahteraan dunia ini? Untuk itu manusia perlu menyadari bahwa tiada yang kuasa selain Allah dan percaya dengan bulat bahwa semua hamba berada dalam kuasa Tuhan. Apabila kesadaran sebagai hamba yang sebenarnya tidak memiliki kuasa apa-apa tanpa kuasa Tuhan yang dipinjami Tuhan kepada setiap pribadi hamba-Nya hilang, maka manusia bagai layang-layang putus, yang melayang-layang tidak ada arah, jatuh sejatuh-jatuhnya hanya mengikuti arah angin yang meniupnya dan tidak dapat kembali kepada pemiliknya.

Mengapa hal ini terjadi? Oleh karena putusnya tali/benang yang menghubungkan antara layang-layang dengan pemilik layangan yang mengendalikannya, yang menciptakannya, yang memberi kuasa untuk melayang (ketika layangan tidak diberi kesempatan untuk terbang, tetap teronggok tak berdaya, tetapi saat diberi kesempatan seolah-olah ia berjaya di angkasa, dapat melenggak-lenggok kian kemari).

Dalam Sasangka Jati dijelaskan: “Adapun hamba itu, dengan kehendak Tuhan, dijadikan perantara membabarkan kehendak-Nya yang abadi tersebut, maka jangan sampai terlupa pada kehendak-Nya, supaya hamba dapat membabarkan kekuasaan-Nya. Apabila hamba lupa kepada Tuhan hamba tidak dapat membabarkan kehendak atau kekuasaan-Nya, tetapi hamba hanya dapat membabarkan angan-angan iblis yang menuju kerusakan.”

Jadi, untuk mendapat pinjaman atau membabarkan kuasa dari Tuhan, hamba harus tetap mempertahankan tali penghubung antara hamba dengan Tuhan. Apabila tali penghubung yang menjadi sarana mengalirnya kuasa Tuhan kepada hamba putus, maka manusia selalu berbuat hanya menurut keinginan nafsunya sendiri yang berakhir pada terombang-ambing dalam kehidupan dunia yang keras bagai layangan putus.

Tali penghubung manusia sebagai hamba dengan Tuhan adalah percaya atau keyakinan hamba kepada Sembahannya yang sejati, yaitu Tuhan yang Maha Esa. Rasa percaya hamba kepada Tuhan sebagai Sumber Hidup, sebagai Sumber Kuasa, Penguasa Alam Semesta harus terus dikuatkan, agar manusia dapat mempertahankan status sebagai hamba Tuhan Sejati dan diperkenankan menjadi perantara terbabarnya kuasa Tuhan untuk kesejahteraan dunia ini. Oleh karena kepercayaan yang benar adalah kancah kekuasaan, atau kepercayaan yang bulat memiliki kekuasaan gaib.

Manusia yang telah mendapat pinjaman kuasa, sehingga dapat melaksanakan kehidupan di dunia ini dengan baik, jangan sampai kekuasaan itu diakui sebagai milik pribadinya. Misalkan, “Ini karena kemampuan saya sendiri, karena usaha saya, karena semangat saya dan sebagainya.” ***

CATEGORIES
TAGS