Program LCGC Juga Membangun Industri Komponen

Loading

Laporan: Redaksi

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Budi Darmadi

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Budi Darmadi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Program mobil hemat energi dan harga terjangkau terbuka dan berlaku untuk semua merek otomotif, baik merek internasional maupun merek original Indonesia (merek lokal/ mobnas). Peserta program ini disyaratkan untuk manufaktur mobil di dalam negeri serta menggunakan komponen otomotif buatan dalam negeri.

Dengan demikian, merek otomotif yang mengikuti Program Low Cost Green Car (LCGC) ini tidak semata-mata diarahkan untuk membuat mobil dengan harga murah dan irit, namun lebih digiring membangun industri komponen otomotif dalam negeri dan meningkatkan kemandirian nasional di bidang teknologi otomotif, terutama teknologi engine, transmisi dan axle (power train). Dengan tetap mengedepankan kualitas dan keamanan produk, harga mobil ini dibatasi di tingkat produsen. Dalam usaha untuk membangun kemandirian teknologi nasional, masing-masing pabrik mobil dipersyaratkan harus menggunakan komponen otomotif buatan dalam negeri.

Demikian dikemukakan Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Budi Darmadi dalam wawancara dengan tubasmedia.com di Jakarta kemarin.

Dikemukakan, semua peserta program LCGC wajib membuat jadwal lokalisasi pembuatan komponen dalam negeri bagi lebih kurang 105 grup komponen atau setara lebih kurang 10.000 komponen. Dalam 5 tahun dipersyaratkan sekitar 80 persen komponen tersebut harus sudah dibuat di dalam negeri. Dengan lebih lengkapnya struktur industri komponen otomotif nasional, maka semakin besar peluang untuk mendukung dan menumbuhkembangkan industri perakitan mobil di dalam negeri, termasuk mobil merek original Indonesia (“mobnas”).

Program Nasional

Menurut Budi Darmadi, Program LCGC bersifat nasional, sehingga distribusinya tidak dimaksudkan untuk kota-kota besar saja, melainkan untuk kota-kota seluruh nusantara yang masih memerlukan alat transportasi ini. Jumlah produksi mobil LCGC ini diperkirakan sekitar 10-15 % dari seluruh produksi mobil nasional. Dari 508 kabupaten/kota di seluruh nusantara, diperkirakan yang mengalami kemacetan saat ini sebanyak 50 kabupaten/kota, sedangkan lainnya relatif tidak macet.

Dikemukakan, paralel dengan program ini diharapkan pembenahan transportasi publik oleh pemda diharapkan tetap dijalankan untuk mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di kota, terutama kota-kota besar. Industri otomotif nasional sudah mampu memproduksi kendaraan komersial mini van, bus, truk, dan siap memasok kebutuhan pemda dengan produk buatan dalam negeri.

Dengan demikian, terlihat bahwa dari perbandingan jumlah penduduk dan GDP per capita, maka di Indonesia masih terbuka peluang yang luas untuk meningkatkan produksinya guna memenuhi permintaan masyarakat akan kendaraan roda empat. Bila peluang ini tidak diisi dengan produk dalam negeri, maka produk imporlah yang akan menguasai pasar dalam negeri. Oleh karena itu, mari kita tingkatkan penggunaan produk dalam negeri. (sabar/ender)

TAGS

COMMENTS