Trade Off

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

SEIRING roda kehidupan yang terus menerus mengalami perputaran, ternyata dalam perjalanannya tidak selalu dapat berjalan mulus. Ada saja masalah yang timbul dan ada pula gangguan, baik sengaja atau tidak sengaja yang pada akhirnya mempengaruhi jalannya roda kehidupan itu sendiri dan bisa berujung pada tidak dapat diselesaikannya berbagai masalah yang menghambat setiap kehidupan.

Inilah sekilas pemahaman secara subyektif tentang kondisi kehidupan yang dalam perjalanannya tanpa pernah kita sadari bahwa selain ada masalah, tetapi ada juga persoalan trade off. Dalam keseharian, khususnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini apakah yang terkait dengan kehidupan politik maupun ekonomi, baik pada tataran pemikiran maupun tindakan banyak peristiwa yang muncul ke permukaan terjadi karena trade off.

Yang banyak didiskusikan di ranah publik bukan isu mengapa terjadi trade off, tapi justru isu masalahnya yang banyak diperdebatkan habis-habisan. Padahal sejatinya masalah tersebut muncul karena adanya faktor trade off sehingga banyak masalah tidak bisa diatasi atau kalaupun akhirnya dapat dipecahkan prosesnya memerlukan waktu yang panjang.

Kita ambil contoh konkret tentang rencana kenaikan harga BBM. Pemikiran ekonom menyatakan bahwa apapun alasannya harga BBM harus dinaikkan. Kalau tidak, beban subsidinya di APBN membengkak. Tapi sudut pandang politik praktis mengatakan harga BBM tidak perlu dinaikkan karena beban rakyat miskin akan bertambah berat.

Trade offnya terjadi dalam kasus rencana menaikkan harga BBM ini dapat kita temukan pada ranah pemikiran atau sudut pandang. Kalau dilihat dari masalahnya sudah cukup jelas, yakni kalau harga BBM tidak dinaikkan beban subsidi akan membengkak. Ketika masalahnya hendak diatasi, ternyata tidak mudah karena ada faktor trade off yang mengganjal, yaitu pada ranah pemikiran, sudut pandang dan kepentingan.

Ketika trade off pada ranah pemikiran dan sudut pandang ini dibiarkan berlarut-larut, akibatnya dapat kita rasakan, antara lain terjadi penimbunan BBM di mana-mana. Harga kebutuhan pokok masyarakat sudah naik duluan karena spekulasi. Momen-momen strategis menjadi terlewatkan begitu saja.

Kalau begitu,di negeri ini sebenarnya terjadi double condition yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sulit diwuijudkan, yaitu masalah dan trade off. Apapun alasannya harus dapat dipecahkan. Tapi bagaimana suatu masalah akan dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat sasaran kalau dalam prosesnya banyak mengalami trade off.

Sudah dua tahun lebih pemerintah merencanakan kenaikan harga BBM. Tapi terus mengalami penundaan dan hal ini terjadi karena terjadi trade off dalam pemikiran dan sudut pandang maupun karena ada faktor kepentingan yang bercokol, khususnya di ranah politik praktis.

Rugilah bangsa ini dan terlalu mahal beban yang harus dipikul oleh bangsa dan negara untuk membangun masa depannya. Masalah yang dihadapi makin bertumpuk,tetapi ketika hendak diselesaikan ternyata banyak hambatan internal yang. menghadang,yakni banyak sekali keputusan-keputusan negara/pemerintah yang bersifat strategis mengalami trade off dalam proses penangannya guna mengatasi berbagai masalah yang timbul di masyarakat.

Anda boleh setuju boleh tidak dengan adanya pandangan ini. Tapi penulis merasakannya meskipun tidak melakukan penelitian secara empirik. Apakah hal yang demikian harus kita biarkan terus berlangsung. Tentu saja tidak karena jika makin mengkristal sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara ini.

Tanpa berniat untuk menyalahkan sistem demokrasi, tetapi pada prakteknya atau pada kenyataannya setelah lima belas tahun demokrasi liberal tegak di negeri ini, yang paling menonjol muncul ke permukaan adalah terjadinya fragmentasi. Para elit politik selalu mengatakan dengan enteng bahwa itulah sebuah resiko yang harus dibayar ketika bangsa ini hidup di alam demokrasi.

Mestinya tidak seperti itu cara memandang dan menyampaikannya di ruang publik. Kebebasan individu untuk menyampaikan pendapat dan berbeda pendapat secara konstitusi memang dijamin. Tapi konstitusi tidak pernah akan membiarkan secara “liar” dan tidak bertanggungjawab bahwa dengan kebebasan individu untuk menyampaikan pendapat tadi harus harus membiarkan fragmentasi cara berfikir dan bertindak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Agar hal yang demikian tidak membuat salah arah dalam mengelola negara ini, maka sejatinya falsafah Pancasila sudah memberikan solusi terbaik bagi bangsa dan negara ini membangun masa depannya. Pancasilalah yang akan dapat mengatasi atau mencegah terjadi fragmentasi yang begitu hebat sampai akhiirnya berakibat menimbulkan masalah trade off dalam proses pengambilan kebijakan negara/pemerintah di segala bidang.

Bangsa dan negara ini apa belum lelah untuk terus bertengkar ketika membahas isu-isu penting di bidang pembangunan. Negara lain sudah start dari awal dan sudah menjadi hebat seperti China, India, Brasil dan negara tetangga kita di Asean. Kita di dalam negeri udreg-udregan terus tak berujung pangkal.

Sadarlah bahwa bangsa dan negara masalahnya menjadi bertumpuk nyaris seperti tidak bisa lagi diselesaikan disebabkan secara internal faktor penghambatnya,yaitu banyaknya trade off yang terjadi dalam proses pengambilan keputusan. Trade off ini bisa terjadi karena faktor perilaku, bisa pula terjadi karena faktor rendahnya kedewasaan dan kematangan cara berfikir, faktor kepemimpinan yang lembek, maupun bisa juga karena faktor disharmonisasi peraturan perundangan. ***

CATEGORIES
TAGS