Bisnis Juga Harus Punya Etika

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

DI SOLO- Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT), Kemenperin, Budi Darmadi (berdiri) tampil sebagai salah seorang pembicara pada seminar bertema “Ekonomi & Etika Bisnis” yang diselenggarakan SKM Tunas Bangsa di Hotel Dana Solo, Sabtu pekan silam. Seminar yang menampilkan dua pembicara masing-masing Budi Darmadi dan Yulianto WK (kiri) dipandu moderator Apul D Maharadja (tengah) (tubas/roris)

SOLO, (TubasMedia.Com) – Etika memiliki peranan sentral dalam kehidupan ekonomi dan praktik bisnis. Sebagai kumpulan nilai-nilai standar moral, etika bisnis harus dipegang bersama untuk membangun kepercayaan. Untuk itu dibutuhkan watak temen (jujur dan sungguh-sungguh), narima, sabar, rela dan budiluhur.

Pandangan itu disampaikan Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian Dr. Ir Budi Darmadi, MSc ketika tampil sebagai pembicara bersama Yulianto W Kusumo dari Universitas Setia Budi (USB) Solo dalam seminar bertajuk “Ekonomi dan Etika Bisnis” dan pelucuran buku “Kumpulan 100 Olah Rasa” di Hotel Dana, Solo, pekan lalu.

Kedua acara tersebut dilaksanakan sebagai rangkaian kegiatan hari ulang tahun (HUT) ke-4 Surat Kabar Mingguan (SKM) Tunas Bangsa (Tubas) bekerja sama dengan USB Solo, SMK Panca Marga Bhakti (PMB) Kutoarjo dan SMK PMB Baturetno. Hadir pada kesempatan itu Wali Kota Solo Ir. Djoko Widodo.

Menurut Budi Darmadi kelima watak tersebut harus dimiliki para pelaku bisnis dalam melakukan aktivitas ekonomi secara perorangan, perusahaan atau negara. Memegang teguh dan mempraktikan nilai-nilai watak itu akan mampu membangun kepercayaan dan meningkatkan daya saing ekonomi dan bisnis secara sehat.

Selain itu, tambah Budi Dramadi juga dibutuhkan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis sehingga mampu mengubah tantangan menjadi peluang. “Inovasi dan kreativitas mampu mengubah masalah menjadi berkah” katanya.

Budi memberi contoh Indonesia sebagai negara maritim memiliki laut yang memisahkan satu pulau dengan pulau yang lain. Kondisi tersebut (laut) harus diterima sebagai kekayaan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa yang perlu disikapi bukan sebagai masalah, tetapi sebagai peluang untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi sehingga laut memberikan peluang bagi praktik bisnis dan pengembangan kehidupan ekonomi bangsa.

Contoh lain, tambah Budi, padang pasir yang panas dan tandus di Arab Saudi melalui kreativitas dan inovasi telah diubah menjadi kegiatan bisnis sebagai arena pariwisata yang mengasyikkan bagi para penggemar olah raga bermobil (offroad).

Dalam era globalisasi sekarang ini, Budi Darmadi mengingatkan etika bisnis harus dipegang teguh dalam melakukan investasi. Jangan karena didorong mengejar keuntungan besar uang tabungan diinvestasikan kepada produk-roduk yang tidak baik misalnya untuk membeli sejata atau berperang.

Menjawab pertanyaan peserta seminar Budi Darmadi mengatakan etika harus ditanamkan sejak dini kepada semua peserta didik di sekolah dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi. “Menyontek saat ujian untuk mendapat nilai tinggi tidak perlu dilakukan. Menyontek itu sebagai pelanggaran etika” tegasnya.

Bukan Uang

Sementara itu, pembicara kedua Yulianto Kusumo berpendapat, dalam ekonomi dan bisnis, seyogianya modal itu bukan uang tetapi budi pekerti dan hati nurani. “Kalau orang bisnis tidak beretika dan berbudi pekerti, maka usahanya hanya akan seumur jagung,” kata pengusaha properti dan juga dosen Universitas Setia Budi (USB) itu.

Dikatakan, integritas pribadi yang juga berarti memegang budi pekerti dengan teguh adalah modal utama dalam menjalankan bisnis. “Demikian juga dalam memilih partner bisnis, kita harus tetap berpegang pada hati nurani dan budi pekerti. Jangan mau berpartner dengan pengusaha yang curang dan tidak beretika,” kata pengusaha yang menjadi Direktur Utama di dua perusahaan real estate dan sudah dua periode menjadi Ketua REI di Surakarta itu.

Ketika berbincang mengenai properti, Yulianto Kusumo mengatakan kepada Tubas, properti adalah bidang usaha yang sangat strategis, dan pemerintah seharusnya menopang sektor ini dengan sungguh-sungguh. “Harga tanah dan rumah tidak pernah turun, karena kebutuhan akan tanah dan rumah memang meningkat terus karena orang Indonesia hidup, menikah, punya anak dan pertumbuhan penduduk berkembang pesat sehingga kebutuhan rumah pun jauh dari yang tersedia,” kata Yulianto.

Ditambahkan, bidang properti adalah jenis usaha yang padat karya karena setiap membangun satu unit rumah diperlukan tenaga kerja sebanyak 12 orang. Sebab itu, ketika pemerintah mencanangkan sejuta unit rumah, maka di situ ada 12 juta job.

“Itu masih ditambah dengan bidang usaha lain yang juga membawa efek ekonomi yang besar, seperti tukang batu, tenaga kerja perusahaan kayu, penambang pasir, pabrik semen, besi, cat, paku, kunci, engsel dan sebagainya. Properti menggandeng banyak usaha lain sehingga membuat ekonomi akan bergerak dan bertumbuh,” katanya.

Ketika ada pertanyaan dari floor tentang mengkonversi lahan produktif menjadi perumahan, Yulianto mengakui, memang ada dari kalangan pengusaha properti menghitung tempat dan infrastrukur di lahan yang akan dibangun.

“Kalau sulit menjangkaunya, tidak ada infrastruktur jalan, dan jauh dari kota, maka mungkin juga tidak akan laku. Jadi kalau masih terjangkau harga sawah atau ladang, maka akan memilih lahan yang produktif itu untuk dikonversi menjadi perumahan,” katanya.

Dibutuhkan

Sementara itu Ketua Panitia Pelaksana Seminar dan peluncuran buku, Agus Endrianto Suseno dalam sambutannya mengatakan etika bisnis memiliki peranan penting dan sentral dalam praktik kehidupan ekonomi dan bisnis. Etika bisnis sangat dibutuhkan bagi Indonesia dalam meningkatkan daya saing di kancah internasional. “Etika perlu dihormati dan dipegang teguh dalam kehidupan ekonomi dan bisnis” katanya

Agus menjelaskan kegiatan seminar dan peluncuran buku diikuti sekitar 150 peserta terdiri dari pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (STA), mahasiswa, dosen, pelaku bisnis, pejabat pemerintah daerah dan masyarakat umum.

Pada kesempatan itu Pemimpin Redaksi SKM Tunas Bangsa (Tubas) Sabar Hutasoit menjelaskan buku yang diluncurkan dalam bentuk buku saku yang berisi 100 olah rasa pilihan yang pernah dimuat SKM Tunas Bangsa (Tubas).

“Kontributor olah rasa dalam buku ini adalah Dr. Ir Budi Darmadi, MSc. Kami menyebutnya sebagai untaian kata-kata atau olah rasa sebagai mutiara dalam berfikir, berbicara dan bertindak” katanya.

Sabar Hutasoit menilai seminar “Ekonomi dan Etika Bisnis” penting mengingat pertumbuhan ekonomi sangat penting bagi kehidupan bangsa, negara dan masyarakat Indonesia. Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, peran bisnis cukup signifikan. Bisnis berkembang berarti ekonomi juga makin tubuh.

Tetapi, tambah Sabar, bisnis yang dikehendaki adalah bisnis yang punya etika yang mengedepankan prinsip kekeluargaan seperti yang tertuang dalam UUD 1945. Bisnis yang menghormati persaingan sehat dan yang melaju tanpa memukul pihak lain.

Pelucuran buku “Kumpulan 100 Olah Rasa” ditandai dengan pemecahan balok es yang di dalamnya berisi buku saku kumpulan olah rasa oleh DR. Ir Budi Darmadi, MSc. Buku saku tersebut secara simbolis diberikan kepada Wali Kota Solo Ir. Djoko Widodo, Wakil Rektor I (Bidang Akademik) USB Solo, Dra Peni Pudjiastuti, Msi dan pembicara seminar yang juga Dosen USB Solo Yulianto W Kusumo. (apul/sis)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS