Bumi Makin Panas

Loading

Oleh: Fauzi Azis

ilustrasi

ilustrasi

BUMI tempat kita berpijak makin menderita. Isinya digali, tanahnya diolah untuk ditanam dan dipanen guna mencukupi kebutuhan pangan umat manusia sejagad. Saat bersamaaan, airnya terus disedot. Sudah berjuta-juta kubik saben detik, air disedot untuk berbagai keperluan.

Di atas tanah dibangun berbagai hutan beton menjulang tinggi penuh sesak di kota-kota sebagai perlambang kemajuan. Pabrik-pabrik terus didirikan untuk menghasilkan berbagai kebutuhan manusia, dari produk yang bersifat pokok sampai kebutuhan penunjang.

Lingkungan hidup sudah sedemikian rusak dan di beberapa belahan bumi kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Bumi benar-benar kian memanas. Manusianya juga kian panas dalam cara berfikir dan bertindak. Akalnya dipakai hanya untuk mengakali dan membuat “celaka” bagi kehidupan keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara serta lingkungannya.

Manusia seakan gagal menjaga keseimbangannya dalam mengelola kehidupan di muka bumi. Tanda-tanda kehancurannya makin dapat diperhitungkan, meskipun Tuhan punya hitungan sendiri tentang kapan dan jam berapa bumi akan mengalami kehancurannya karena kiamat tiba.

Manusia sadar bahwa apa yang terjadi dewasa ini di dunia adalah ulah manusia sendiri. Tapi ‘’perbuatan keji” membuat bumi makin panas tidak pernah berhenti. Makarim Wibisono, mantan anggota delri dalam COPX UNFCCC di Bali menyatakan “Bencana Iklim Global Kian Dekat”.

Sebagai orang yang beriman kepada Sang Khaliq sangat mempercayai kiamat kian dekat datangnya. Kita tidak tahu apa yang diikhtiarkan para ahli lingkungan sedunia dapatkkah membuahkan hasil? Tanpa keraguan sedikitpun jawabannya hanya dua, yakni bisa berhasil dan bisa juga gagal.

Sekali lagi kita tidak tahu kiamat tiba karena kiamat hak prerogatif Tuhan yang tidak bisa dikompromikan oleh manusia siapapun. Apa sejatinya yang dimiliki manusia tanpa memandang kaya dan miskin? Pasti bukan harta dan tahta. Yang dimilki sejatinya adalah hanya sisa umur.

Berapa yang tersisa dari umur kita, ternyata kitapun tidak tahu tinggal berapa tahun sisa umur kita. Apakah kita sempat membuat catatan yang sangat rinci dalam sebuah neraca kehidupan tentang kebaikan dan keburukan hidup kita masing-masing? Jawabnya pasti tidak ada yang bisa melakukannya. Tetapi kalau catatan hutang piutang mungkin banyak yang bisa melakukannya.

Begitu pula catatan tentang berapa tabungan bank,berapa luas tanah yg dipunyai dan berapa bangunan rumah yang dimiliki pasti hampir semua manusia bisa membuat catatannya. Tapi kalau neraca amal kebajikan dan amal keburukan, hanya Tuhan yang bisa melakukannya tanpa pernah ada yang salah sedikitpun.

Lalu benarkah bencana iklim global kian dekat, manusia tidak akan bisa menetapkannya. Dekatnya seberapa, kita tidak tahu. Manusia hanya bisa merencanakan dan Tuhan jualah yang memutuskannya. ***

CATEGORIES
TAGS