Site icon TubasMedia.com

Bus AC Kopaja Perlu Diapresiasi

Loading

Oleh: Anthon P. Sinaga

Bus AC Kopaja

Bus AC Kopaja

BEROPERASINYA bus AC Kopaja (Koperasi Angkutan Jakarta), perlu diapresiasi sebagai inisiatif pengusaha angkutan umum dalam memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Mestinya jenis angkutan umum yang lain di Jakarta, mengikuti jejak ini guna menarik minat penumpang yang lebih banyak lagi menggunakan angkutan umum.

Mengapa perlu diberi apresiasi, karena pengadaan angkutan umum berhawa dingin ini, minimal mendukung dua program pemerintah sekaligus. Yakni, yang pertama, menarik penumpang untuk lebih menyukai naik angkutan umum, sehingga meninggalkan kendaraan pribadi, serta yang kedua, mendukung kawasan bebas merokok dalam bus AC. Kalau pun ongkos dinaikkan Rp 1.000 sampai Rp 1.500 dari tarif biasa Rp 2.000 jauh dekat, masih pantas sebagai imbal jasa kenikmatan.

Selama ini jalan-jalan macet karena pertumbuhan kendaraan bermotor tidak seimbang dengan pertambahan luas jalan. Pertumbuhan kendaraan, khususnya kendaraan pribadi, memang tidak terelakkan, karena tuntutan mobilitas penduduk tidak terlayani oleh angkutan umum. Selain kapasitas angkutan umum belum memadai dibanding jumlah calon penumpang, calon penumpang juga enggan naik angkutan umum karena pelayanannya masih rendah, kalau tidak bisa dibilang buruk.

Dengan adanya pelayanan 20 bus AC Kopaja mulai 8 Agustus lalu, walau pun hanya baru satu trayek S-13, yakni dari Ragunan ke Grogol dan sebaliknya, mulai pukul 04.30 hingga pukul 23.00 wib, maka jumlah kendaraan pribadi pelintas jalan ini secara bertahap akan berkurang. Masyarakat pemilik kendaraan pribadi semakin sadar, ketimbang didera stres dan pengalaman getir di tengah kemacetan lalu lintas, akan memilih alternatif lebih baik naik bus AC Kopaja.

Oleh karena itulah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas Perhubungan DKI, harus ikut mendukung mensukseskan program pengurus koperasi angkutan umum ini untuk memperluas jaringan pelayanan bus AC ke trayek-trayek lainnya.

Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM juga bisa ambil bagian untuk menjadikan Kopaja sebagai usaha panutan, membantu pengadaan kendaraan dengan memberikan pinjaman berbunga lunak atau bila mungkin pengembalian tanpa bunga yang dijadikan modal bergulir bagi semua anggota koperasi.

Rintisan bus AC Kopaja ini diharapkan menular ke jenis angkutan umum lainnya, khususnya yang dalam bentuk koperasi, seperti Kopami Jaya (Koperasi Mikrolet Jaya), KWK (Koperasi Wahana Kalpika), dan lain-lain. Agar kendaraan umum ber-AC bisa terus beroperasi, sudah tentu harus dipelihara dengan baik dan rutin. Sehingga, kendaraan yang tidak terpelihara secara alamiah akan tersingkir. Angkutan umum dalam bentuk PT seperti Metro Mini, juga harus memperbaiki manajemennya dan mengikuti jejak Kopaja, kalau ingin tetap eksis di jalan raya Ibukota Jakarta.

Yang menarik lagi, bus Kopaja AC ini berkapasitas 25 tempat duduk dan berdiri 9 orang, maksimal 15 orang. Pengemudi bus ini tidak perlu tergesa-gesa kejar setoran, karena mereka digaji bulanan, sekitar Rp 2,5 juta untuk sopir dan Rp 2,25 juta untuk kondektur. Pengemudi Bus Metro Mini menjadi setan jalanan, karena memang kejar setoran dan kendaraannya pun tidak terurus, serta suku cadangnya banyak kanibal.

Sudah waktunya, angkutan publik Bus Trasjakarta yang dikelola Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengikutsertakan angkutan umum yang sudah lama, dalam suatu sistem pelayanan terpadu. Setidaknya angkutan umum yang lama dapat dijadikan sebagai pengumpan ke lintas utama Bus Transjakarta, mau pun terintegrasi dengan jaringan pelayanan commuter line kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek.

Rekayasa sistem pelayanan terpadu ini akan bisa membantu memecahkan kemacetan lalu lintas, serta semua moda angkutan umum bisa sama-sama hidup.

Tambahan KRL

Belum lama ini sebanyak 20 unit KRL yang diimpor dari Jepang sudah tiba di Jakarta. KRL ini rencananya akan dioperasikan di Jabodetabek. Kedatangan KRL baru yang walau pun bekas pakai dari Jepang ini, cukup melegakan masyarakat.

Dalam waktu dekat, KRL yang masih cukup terpelihara ini dapat menambah kapasitas dan frekuensi pelayanan commuter line bagi para calon penumpang ulang-alik Bekasi-Jakarta, Bogor-Jakarta, Serpong-Jakarta, maupun Rangkas Bitung-Jakarta.

Namun, dengan penambahan frekuensi commuter line, berarti buka-tutup perlintasan KA pada jalan sebidang, akan bertambah sering, sehingga memperlambat lalu lintas angkutan jalan raya.

Hal inilah yang perlu diantisipasi Dinas Perhubungan DKI Jakarta, untuk menyesuaikan berbagai trayek angkutan umum agar tidak stagnan dan merugi. Jumlah angkutan umum dalam satu trayek juga harus dibatasi secara proporsional, agar bisa untung secara ekonomis. ***

Exit mobile version