China Bangkit ? Ini Strateginya…

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

 

PERTAMA, sejak kebangkitan ekonomi China terjadi yang ditandai dengan reformasi ekonomi tahun 1979, China tampil menjadi raksasa ekonomi baru di dunia menyusul AS. Sebelum menjadi sebuah fakta, ada yang berpikir skeptis bahwa adalah tidak mungkin untuk mereformasi ekonomi komunis secara bertahap.

Alasannya, satu-satunya cara untuk menjamin keberhasilan jangka panjang adalah terjun langsung ke dalam swastanisasi dan perdagangan bebas. Sekarang, China adalah negara Komunis yang Kapitalis. Tahun 2001 masuk anggota WTO dan berarti bahwa China telah menjadi negara yang ekonominya terbuka dan melaksanakan perdagangan bebas dengan semua mitra dagangnya di dunia.

KEDUA, China menjadi sangat ekspansif yang dalam narasi text book yang mengupas tentang kebangkitan ekonomi China, penulis catat ada dua hal yang menarik, yaitu China menjelma sebagai negara benua dan China sebagai negara peradaban.

Ciri utama dari sebuah negara adidaya yang sudah kapitalis adalah cenderung untuk menjadi hegemonis, ekspansionis dan selalu bernafsu untuk menaklukkan. Kurang lebih sama dengan perilakunya AS dan wajar jika kedua adidaya ini saling berebut pengaruh di dunia dan pola hubungan yang terbentuk cenderung menjadi bersifat asimetris.

KETIGA, tidak ada yang salah jika sebuah negara mempunyai cita-cita besar dan sangat ambisius untuk menjadi negara paling berpengaruh di dunia. Di era globalisasi dan liberalisasi ekonomi dan pasar bebas, semua negara memiliki kesempatan yang sama untuk meraih setiap peluang yang ada.

Usahanya untuk meraih cita-citanya tersebut sampai harus digambarkan melalui sebuah proses yang panjang, ulet melakukan pembelajaran dan konsisten menjalankan model pembangunan inklusif berkelanjutan untuk meningkatkan harkat martabat kehidupan seluruh rakyatnya untuk mewujudkan China sebagai negara peradaban.

Mengandalkan Perencanaan

Salah satu pilar dari 8 pilar yang mengantarkan China menjadi dahsyat secara filosofis dinyatakan sebagai  “menyeberangi sungai dengan merasakan batu-batu di bawah kaki”. Pendek kata, China dibangun dengan mengandalkan perencanaan jangka panjang yang dilaksanakan secara konsisten.

Ada semacam GBHN -nya, ada RPJP dan RPJMN-nya, serta ada pula landasan filosofis yang dijunjung tinggi. Dalam text book disebutkan bahwa perencanaan jangka panjang dapat dijalankan dengan konsisten bila tidak terjadi distraksi dan disrupsi politik.

KEEMPAT, untuk mewujudkan mimpinyanya sebagai negara benua, China mengepakkan sayapnya untuk menjadi pemimpin ekonomi Asia. Belt and Road Initiative (BRI) dapat dipandang sebagai strategi China untuk menciptakan The Big Economic Cluster kawasan yang boleh jadi bisa disebut sebagai “Proyek Persemakmuran China”.

Upaya ini dapat dipandang sebagai model ekonomi jaringan global paling ambisius atau menciptakan sebuah jaringan hubungan  wirausaha yang meluas di seluruh dunia. Kita selama ini mengenal dengan istilah jaringan China Overseas ( China Perantauan ).

Ada 6 koridor ekonomi yang masuk dalam BRI, yakni : 1) Tiongkok-Mongolia-Rusia. 2) Tiongkok Asia Tengah dan Asia Barat. 3) Tiongkok-Pskistan. 4) Tiongkok- Bangladesh-India-Myanmar. 5) Tiongkok Semenanjung Indochina. 6) Jembatan Eurosia Baru. Aset-aset ekonomi yang ada di 6 koridor tersebut yang akan di efektifkan dan dikapitalisasi untuk “kepentingan China”.

Konsep dasar keterhubungannya dibuka melalui pembangunan infrastruktur darat,laut dan telekomunikasi. Sebab itu, China membentuk Bank Pembangunan multilateral yang disebut AIIB ( Asian Infrastructure Invesment Bank) berkantor pusat di Beijing. Inilah mega proyek untuk mewujudkan China sebagai negara benua dan sekaligus negeri panda putih ini bertindak sebagai pengendali utama “Persemakmuran China”. Inilah The Big Holding Economy of China  yang mengendalikan 6 koridor ekonomi sebagai “Strategic Business Unit”  untuk mengkapitalisasi Yuan di Asia dan sekaligus untuk mengimbangi dan menggeser peran USD yang selama ini menjadi mata uang utama dunia dan sebagian besar digunakan dalam transaksi perdagangan dunia, serta sebagian besar cadangan devisa global yang disimpan dalam USD.

KELIMA, China juga memimpin RCEP (Regional Cooperation Economic Partnership) yang melibatkan ASEAN , Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru. Total berjumlah 15 negara pihak. Sayangnya India belum ikut bergabung di dalam RECP tersebut. Kerjasama ekonomi penting bagi semua negara , dimana semua pihak mengedepankan prinsip kesetaraan dan keseimbangan karena isunya adalah, setiap pertumbuhan ekonomi di kawasan harus bisa dinikmati semua negara pihak.

Indonesia yang menjadi salah satu negara pihak harus asertif tentang kekuatan kita. RECP sebagai model kemitraan tetap akan berpegang pada pola hubungan ekonomi/bisnis yang bersifat kompetisi dan kolaborasi. Yang kita dorong masuk dalam jaringan RECP adalah perusahaan-perusahaan merah putih, termasuk startup companies dan komunitas Sains, Technology, Engineering, Art, dan Mathematics yang jumlahnya makin banyak yang siap bermitra dengan perusahaan global. Menjadi tidak lucu jika kita bicara economic cooperation yang didorong dan di fasilitasi adalah bukan perusahaan merah putih.

Penggerak Dunia Baru

KEENAM, dalam perspektif China, menjadi jelas lanskapnya bahwa strategi BRI maupun sebagai pemimpin RECP di Asia Pasifik dapat dipandang bahwa China adalah pengusung dan penggerak dunia baru, peran yang membuatnya menguasai hubungan kian hegemonik dan ekspansif dan menjadikan tentakelnya menjangkau seluruh Asia Timur, Asia Tengah , Asia Barat, Asia Selatan dan Asia Tenggara bahkan menjangkau Amerika Latin dan Afrika ( disarikan dari sub bahasan “Sebuah Dunia Jenis Baru” dalam buku When China Rules The World yang ditulis oleh Martin Jacques) . Beliau adalah anggota senior tamu di LSE IDEAS, pusat Studi hubungan internasional, diplomasi dan strategi besar dan rekan peneliti tamu di London School of Economic Asia Research Centre.

Kita bisa bayangkan pengaruh kebangkitan ekonomi China menjadi raksasa baru yang bisa masuk dalam jaringan ekonomi Amerika Latin (yang mestinya dipimpin oleh AS dan Afrika (yang seharusnya bisa diurus oleh Eropa).

Dengan melihat realita seperti itu, pantas bagi China untuk menjabat sebagai pemimpin ekonomi global yang sangat berpengaruh di abad modern saat ini. Kita bisa mengatakan bahwa dalam satu dasawarsa kedepan, boleh jadi China akan mampu melakukan Reformasi kelembagaan IMF, World Bank atau WTO sehingga tidak lagi dimonopoli AS dan Uni Eropa hingga kini.

Jika ini berhasil, penulis ingin mengatakan bahwa BRI, RECP dan mungkin berbagai kerjasama ekonomi lain dengan negara-negara Amerika Latin dan Afrika adalah sebuah strategi besar untuk mewujudkan terbentuknya jaringan ekonomi global yang bisa dikendalikan China.

Tidak salah jika kita boleh menyebut bahwa itulah proses pembentukan persemakmuran China secara de facto akan menjadi kenyataan dilihat dari perspektif peta geokonomi global dan kawasan. Dan ini bisa saja terjadi jika AS tetap berpegang pada prinsip lamanya, yakni AS selalu berusaha mencegah munculnya pesaing-pesaing potensial, selain lebih mementingkan upaya AS mengejar ke pentingan-kepentingannya daripada menghormati sekutu-sekutunya maupun berbagai perjanjian internasional.

KETUJUH, saatnya Indonesia harus melakukan konsolidasi struktural dan fungsional agar menjadi negara kuat secara politik, ekonomi maupun budaya yang selalu dikatakan sebagai pilar pembangunan. Basis utama pembangunan adalah haluan negara dan perencanaan jangka panjang untuk bisa mengantarkan perusahaan-perusahaan merah putih tampil di panggung dunia dan masuk dalam global networks karena memiliki basis keunggulan global yang terukur dan terpercaya.

Sekarang  momentum pemulihan itu ada harapan untuk terbit dari ufuk Timur dan ini searah dengan siklus alamiah dimana matahari terbit selama ini.

Berbenah dan berubah adalah cara kita beradaptasi untuk menyambut situasi normal baru dan upaya ini menjadi kunci utama untuk bertahan, dan disaat yang sama, makin punya daya untuk berkompetisi dan bekolaborasi dalam global economic cluster yang lokomotifnya ganda yakni AS dan China yang berdamai sebagai penjaga pasar global. Ketidakmampuan suatu pe ekonomian beradaptasi dengan situasi normal baru adalah kegagalan. Kegagalan bagi kita adalah kemenangan bagi  modal global untuk mengefektifkan dan mengkapitalisasi aset-aset nasional. Akhirnya bangsa ini bisa hanya menjadi “Persemakmuran” kekuatan adidaya sehingga kedaulatan ekonomi terkorbankan karena tidak cakap mengefektifkan dan mengkapitalisasi aset-aset nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (penulis pemerhati ekonomi dan industri, tinggal di Jakarta).

 

CATEGORIES
TAGS