Ciptakan Surplus Bisnis IKM di Kawasan ASEAN

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Tiga pertanyaan substansial yang perlu dijawab mengenai perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) menghadapi akhir rencana strategi (Renstra) 2010-2014 dan pasar tunggal Asean 2015.

Pertama, apa yang telah berhasil kita kerjakan selama 2010-2012 dan apa fokus prioritas untuk sisa waktu 2013-2014. Kedua, seberapa besar selama kurun waktu pembinaan telah mampu menghasilkan daya saing. Yang ketiga, pastikan sektor IKM mana yang memiliki daya saing kuat, yang berkinerja lebih baik dan dapat bertahan di pasar ASEAN.

Hal itu dikatakan mantan Dirjen IKM, Fauzi Aziz kepada wartawan di Jakarta baru-baru ini. Dari sudut pandang manajemen strategis, pasar tunggal Asean katanya harus dianalisis dari luar ke dalam, ancaman, peluang, kelemahan dan kekuatan.

“Kerangka analisis seperti itu yang perlu kita lakukan untuk mendapatkan jawaban/respon yang tepat sebagai landasan untuk merumuskan kebijakan dan program yang tepat,” katanya.

Fauzi Aziz menyebut bahwa ancaman pasti ada, tapi seiring dengan itu, peluang juga pasti terbuka. Namun kita harus sadar bahwa, kelemahan pun masih banyak kita temukan kendati kekuatan pasti ada yang kita miliki.

Dari sisi pasokan, peran IKM di lingkungan pasar tunggal Asean harus dapat kita pahami posisinya dari beberapa perspektif jenis industrinya misalnya; IKM sebagai bagian dari kelompok entitas industri dan bisnis yang mampu tumbuh dan berintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala besar, termasuk dengan jaringan perusahaan multinasional terkait.

IKM sebagai penyedia barang dan jasa kebutuhan masyarakat pada umumnya (produk sandang, pangan, dan lain-lain), IKM sebagai penyedia produk budaya (kerajinan, batik, tenun dan sebagainya), peta ancaman dan kelemahannya serta peta kekuatan dan peluangnya harus ditemu-kenali dengan benar dan tepat di ketiga kelompok besar klasifikasi IKM tersebut.

Selain itu, kebijakan, strategi dan program yang dibangun harus bisa menjawab kebutuhan tersebut, yakni merespon ancaman, mengatasi kelemahan, mengelola kekuatan dan memanfaatkan peluang.

Dalam konteks memenuhi kebutuhan sisa waktu yang tinggal dua tahun dari periode Renstra 2010-2014, yang kemudian pada tahun 2015, pasar tunggal Asean mulai diberlakukan, maka perlu dilakukan pilihan secara cermat tentang kebijakan, strategi dan program dengan tepat agar pasar tunggal Asean tetap memberikan peluang untuk pemain kecil dan menengah, tanpa harus mengabaikan pasar dalam negerinya sendiri. Pasalnya, bagaimanapun, Indonesia sebagai negara besar, tetap harus berdaulat secara politik maupun ekonomi.

Di bagian lain uraiannya dikatakan bahwa isu kebijakan/program yang perlu didiskusikan adalah menciptakan surplus bisnis IKM di kawasan Asean, strategi-strategi kerjasama yang memungkinkan sebuah perusahaan IKM memfokuskan dirinya pada kegiatan rantai nilai, strategi-strategi promosi ekspor yang efesien dan efektif serta pengamanan pasar dalam negeri.

Sementara untuk menyongsong pelaksanaan pasar tunggal Asean 2015, kata Fauzi, seyogyanya hal yang patut segera disikapi adalah mengelola kekuatan yang telah terbentuk di sektor IKM untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada di lingkungan Asean, menetapkan bisnis IKM mana yang masuk dalam kategori Good-Better-Best dalam hal terkait dengan produk, harga dan layanan. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS