Daging Impor tidak Pas Untuk Rendang

Loading

index.jpggggggggggggggggg

JAKARTA, (tubasmedia.com)  – Lebaran sebagai momentum berkumpul dengan keluarga, biasanya dihiasi dengan makan bersama. Yang khas disajikan adalah rendang atau semur daging. Hanya saja, harga daging sapi saat ini masih tinggi.

Saat ini, harga daging lokal di pasar tradisional Jabodetabek berkisar antara Rp 120 ribu hingga Rp 130 ribu per kilogram. Sementara pemerintah rajin menggerojok pasar dengan daging sapi beku (impor) seharga Rp 80 ribu per kilogram.

Masalahnya, daging impor dalam bentuk beku itu, kurang pas untuk rendang ataupun semur. Akibatnnya, ibu-ibu rumah tangga harus merogoh kocek lebih dalam agar bisa membeli daging. Atau harus rela volume dagingnya sedikit lantaran budgetnya mepet.

Dini Azzura (30), ibu satu anak ini mengaku kaget dengan mahalnya harga daging sapi di pasaran. Kebetulan, ibu muda ini baru Lebaran ini masak sendiri. Sebelumnya, dia menikmati Lebaran di rumah orang tua atau mertua.

Karena mahalnya harga bahan pangan, Dini menjatah anggaran Rp 1 juta untuk belanja bahan pangan untuk Lebaran. “Budget aku Rp 1 juta buat masak menu lebaran. Kebetulan, tahun ini, ketempatan Lebaran di rumah mama mertua, jadinya masak agak banyakan buat hantaran ke sana juga,” tutur Dini.

Bagi Dini yang bekerja di kantor swasta, budget Rp 1 juta untuk belanja makanan menyambut Lebaran, memang bikin kesal. Di mana, harga-harga komoditas pangan terus merangkak naik.

“Harga naik sejak tiga hari lalu. Di pasar Pondok Gede Bekasi, untuk masak rendang aku mesti keluarin Rp 130 ribu buat beli daging sapi segar sekilo, biasanya Rp 120 ribu,”kata Dini.

Selanjutnya Dini membeberkan catatan biaya belanjaannya. Harga cabai merah keriting Rp 40.000/kg, kelapa santan Rp 20.000/kg, kentang untuk rendang Rp 40.000/kg, dan daging ayam Rp 65.000/kg.

“Harganya rata-rata naik Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu, bawang merah yang biasanya Rp 40 ribu sekarang Rp 65 ribu per kilogrram. Lumayan besar kenaikannya,” kata Dini.

Mahalnya harga bahan pangan juga dikeluhkan Fariyati (45). Dia bilang, Lebaran kali ini, sangat jelas teerasa beratnya. Pendapatan suaminya tersedot untuk belanja kebutuhan sehari-hari. “Ini mungkin imbas dari tingginya harga,” papar Fariyati.

Fariyati bilang, tahun lalu, dengan budget yang sama, masih bisa membeli keperluan lain di luar pangan. Misalnya pakaian, atau sekedar menyisihkan uang untuk tabungan bulanan. “Tahun ini agak miris juga sih, semua harga kebutuhan pokok naik tapi pada saat yang sama pemasukkan juga enggak bertambah,” ungkapnya.

Jadi, lanjut Fariyati, mau tidak mau, pengaturan keuangan haruslah bijak dan cermat. Tapi, tetap saja tak cukup karena harga-harga memang mahal. (red)

CATEGORIES
TAGS