Diharapkan Pelemahan dan Aksi Jual Obligasi Berkurang Pekan Ini

Loading

ygf

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada memaparkan, adanya rilis perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di bawah estimasi menjadi pukulan bagi laju pasar obligasi yang menunjukkan pelemahan.

Pelaku pasar pun terlihat masih melanjutkan aksi jualnya dan cenderung mengurangi transaksi di mana terlihat dari laju pergerakan harga-harga obligasi yang masih melanjutkan pelemahan dibandingkan minggu sebelumnya.

“Di sisi lain, pelaku pasar pun juga terlihat mengantisipasi belum adanya kecenderungan penurunan BI rate sehingga memberikan sentimen negatif,” tutur Reza, Senin (11/5/15).

Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang masih bergerak negatif yang terefleksi dari kembali naiknya yield yang merata pada seluruh tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor menengah (5-7 tahun).

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 29,93 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 31,68 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 29,36 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±4 tahun melanjutkan pelemahan harganya hingga 90,56 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±9 tahun turun harganya hingga 282,07 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk seri sebagai berikut:

1. Seri SPN-S06112015 (new issuance) dengan pembayaran imbalan secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 6 November 2015;

2. Seri PBS006 (reopening) dengan tingkat imbalan sebesar 8,25% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2020;

2040. Seri PBS007 (reopening) dengan tingkat imbalan sebesar 9,000% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2040.

2016. Seri PBS008 (reopening) dengan tingkat imbalan sebesar 7,0% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juni 2016.

“Masih maraknya aksi jual dan sentimen negatif di pasar obligasi membuat minimnya permintaan lelang surat utang negara (SBSN) di pekan kemarin,” ujar Reza.

Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp 3,60 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SBSN periode sebelumnya, Selasa (21/4) yang mencapai Rp 4,73 triliun. Pada lelang kali ini, lelang diserap Rp 1,96 triliun atau di bawah tipis target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 2 triliun.

Pemerintah memenangkan semua seri dari empat seri yang ditawarkan. Di antaranya, seri SPN-S06112015 (new issuance) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 1,65 triliun. Yield terendah yang masuk sebesar 5,75% dan yield tertinggi 7,0%. Seri ini diserap Rp 500 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 5,91% dan tingkat imbalan diskonto.

Kemudian, seri PBS006 (reopening) mengalami permintaan Rp 135 miliar dengan yield terendah 7,81% dan yield tertinggi yang masuk 8,13%. Seri ini kemudian diserap Rp 55 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 7,82% dan tingkat imbalan 8,25%. Seri PBS007 mengalami permintaan Rp 532 miliar dengan yield terendah 8,41% dan yield tertinggi yang masuk 8,66%. Seri bertenor satu tahun ini diserap Rp 185 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,45% dan tingkat imbalan 9,0%.

Sementara itu, seri PBS008 mengalami permintaan Rp 1,29 triliun dengan yield terendah 7,28% dan yield tertinggi 7,59%. Permintaan untuk seri ini diserap oleh pemerintah sebesar Rp1,22 triliun.

Jika sebelumnya permintaan lelang SUN mengalami penurunan, kali ini permintaan akan lelang SBSN pun juga mengalami penurunan. Kondisi ini melanjutkan penurunan sebelumnya sekaligus memberikan gambaran bahwa pelaku pasar masih belum meningkatkan aktivitas transaksinya.

Ekspektasi adanya perlambatan pertumbuhan GDP dan kenyataan bahwa rilis GDP Indonesia di bawah ekspektasi tersebut memberikan view negatif bagi laju pasar obligasi.

“Di pekan ini, meski tren penurunan masih ada, namun kami berharap pelemahan dan aksi jual mulai berkurang sehingga dapat memberikan ruang kenaikan meski tipis,” ungkap Reza.

Cermati juga jika ada peluang-peluang rebound bagi beberapa obligasi. Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±45 hingga 100 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada. (angga)

CATEGORIES
TAGS