Diplomasi Sekjen PBB Untuk Keamanan Internasional

Loading

Laporan : Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (Tubas) – Dunia menaruh perhatian kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terutama peranan sekretaris jenderalnya, Ban Ki-moon, dalam upaya meredakan ketegangan dan menciptakan perdamaian di berbagai negara. Maka, tatkala Ban Ki-moon memulai “tur kerjanya”, beberapa waktu lalu, publik dunia pun menaruh harapan agar masalah keamanan, perdamaian, dan lingkungan dapat diselesaikan, sampai titik puncak.

Lawatan Sekjen PBB itu ke berbagai negara tak terlepas dari pertikaian antarnegara dan konflik di dalam negeri, seperti di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Konflik dalam negeri, seperti apa yang terjadi di Libya, antara pasukan oposisi dan pasukan yang setia kepada Muammar Gaddafi, juga memerlukan penyelesaian sesegera mungkin.

Ban Ki-moon, kelahiran Eumseong, Chungcheong Utara, Korea, 13 Juni 1944, memang sudah terbiasa dengan tugas diplomasi antarnegara. Ia diplomat kawakan Korea Selatan yang menjabat Sekjen PBB, menggantikan Kofi Annan yang berakhir masa jabatannya pada 1 Januari 2007. Ban pernah menjabat sebagai Menlu Republik Korea pada periode Januari 2004 hingga 1 November 2006. Pada 13 Oktober 2006, dia terpilih menjadi Sekjen PBB yang kedelapan pada Sidang Umum PBB dan dilantik 14 Desember 2006. Maka tak heran jika urusan diplomasi amat akrab dengan Ban.

Satu per satu masalah, seperti di Tunisia, Mesir, dan Pantai Gading dapat diselesaikan, sekalipun belum seutuhnya tuntas. Tapi, masalah baru juga muncul, seperti yang terjadi di Yaman, Suriah, dan lainnya. Tuntutan pro-demokrasi atau reformasi begitu kuat mencengkeram berbagai negara, hingga konflik antara pengunjuk ras dan pasukan keamanan (pemerintah) tak dapat dihindarkan. Belum lagi masalah bencana alam dan lingkungan yang melanda sejumlah negara.

Kunjungan ke Rusia

Maka Ban Ki-moon terbang ke sana ke mari, bertindak sebagai mediator untuk penyelesaian masalah. Pekan lalu, misalnya, dia berkunjung ke Rusia dan mengadakan pembicaraan dengan Menlu Sergei Lavrov. Isu menyangkut keamanan internasional, penanggulangan terorisme, dan ekonomi global mendominasi pembicaraan di Moskwa, Jumat (22/4). Sebelumnya, dia sudah mengunjungi, antara lain, Republik Ceko, Hongaria, dan Ukraina. Dan masih banyak yang dikunjunginya. Seperti biasa amat terbatas yang disampaikan kepada publik mengenai hasil kunjungan-kunjungan itu. Tapi, kita yakin sebagian dari yang diungkapkan itu menjadi “pekerjaan rumah” bagi PBB.

Merujuk pada pemberitaan media massa, pekan lalu, Sekjen PBB itu mengatakan, kunjungannya bertepatan dengan masa-masa di mana berbagai tantangan serius tengah terjadi, termasuk keselamatan nuklir, yang telah dibincangkan sebelumnya dalam kunjungannya ke Chernobyl di Ukraina, tempat terjadinya kecelakaan nuklir pada 1986. Kita teringat soal nuklir ini terkait dengan kebocoran reaktor pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima setelah dihantam gempa dan tsunami pada Jumat (11/4/2011).

Ya, dunia menaruh perhatian pada upaya keras Sekjen PBB untuk menyelesaikan masalah global serta regional yang berdampak global. Terbang dari satu negara ke negara lain menjadi diplomasi penting dalam upaya mencari solusi atas masalah dunia. Kita pun berharap konsep yang ditawarkan oleh PBB dapat diterima oleh semua pihak, sekalipun itu masih lonjong atau belum bulat. Perundingan atau bahkan perdebatan di meja runding jauh lebih berguna daripada terus bertikai. Bersedia melangkah untuk duduk bersama membahas penyelesaian masalah sudah satu pertanda atau sinyal dimulainya perjalanan panjang untuk mencapai kesepakatan. Maka, tokoh, seperti Ban Ki-moon, amat diperlukan dunia. (et)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS