Ekonomi Kreatif Wawan Memanfaatkan Barang Bekas

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

MALANG, (TubasMedia.Com) – Di tangan Wawan Dwiyanto barang-barang bekas selalu dapat disulap menjadi barang berharga yang memiliki nilai jual tinggi. Tidak hanya bambu dan kayu bekas yang dapat dikreasi menjadi berbagai handicraft menarik, sampah pun bisa disulap menjadi pupuk urea.

Kesaktian pupuk urea buatan Wawan tidak hanya sudah teruji bisa menghijaukan tanaman dan melebatkan buah-buahan di RW 13, Kelurahan Bunulrejo, Kota Malang. Kualitas pupuk buatan pemuda pelopor Kota Malang ini juga sudah teruji kualitasnya di laborium Universitas Brawijaya, Malang.

Tidak hanya sakti bisa menyuburkan tanaman, dengan dibuat menjadi pupuk sampah-sampah di RW 13 juga bisa dikendalikan dengan baik tanpa menimbulkan masalah polusi. Bahkan karena sering kekurangan bahan baku, Wawan harus rela mencari sampah sampai ke Pasar Gadang.

Wawan mengungkapkan, ide menyulap sampah menjadi pupuk berasal dari gurunya Eko Suhartono yang juga inovator lingkungan di Kota Malang. dari sampah hijauan yang didapat dari RW 13 saat ini sudah ada tiga macam produk yang bisa dijual.

“Yang pertama sampah diolah menjadi pupuk kering, ke dua pupuk organik cair dan ke tiga menjadi urea organik,” ujar Wawan, Selasa (27/11). Dari ke tiga produk itu memiliki fungsi yang berbeda, pupuk cair bagus untuk sayuran, pupuk kering bagus untuk buah-buahan, urea organik bagus untuk tanaman hias dan padi. Urea Organik dijual Rp.15.000/kg, pupuk kering Rp 5000/kg, dan pupuk cair Rp 20.000/ botol.

Untuk bisa mengolah berbagai pupuk itu, wawan menyebutkan sama sekali tidak menggunakan bahan kimia. Bakan untuk EM 4 nya dibuat sendiri dengan memanfaatkan berbagai tanaman yang disediakan alam sekitar. “Kalau pupuk EM 4 di toko harganya bisa Rp 50.000, untuk pupuk EM 4 buatan kami hanya Rp 15.000 per setengah liter,” jelas Wawan.

Meskipun harganya lebih murah wawan berani menjamin kualitasnya tidak kalah sakti dengan pupuk buatan pabrik. Bahkan yang paling menyenangkan ramah lingkungan karena bebas dari bahan kimia.

Hebatnya lagi semua pupuk buatan wawan dikerjakan secara manual, namun hasilnya sudah menggembirakan. Kalau sebelumnya masyarakat sekitar masih ragu dan memandang sebelah mata pupuk yang dibuat, kini justru berbalik menjadi banyak yang memesan.

“Karena hingga kini masih belum ada sentuhan teknologi kami masih belum bisa memenuhi permintaan dalam jumlah besar. Sebab selain teknologinya belum ada, sampah yang ada di kawasan RW 13 juga tidak begitu banyak,” jelas Wawan. (yusron)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS