Ekspor Naik, Industri TPT Perluas Pasar Ke Produk Non Woven

Loading

 Menteri Perindustrian Saleh Husin memperhatikan kain yang diproduksi dengan teknologi mesin tekstil terkini ketika meninjau Pameran Indo Intertex, Indo Dyechem, Indo Texprint, dan Inatex di Jakarta, 27 April 2016. Di Indonesia, industri tekstil dan aneka tekstil (TPT) merupakan industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang atau sekitar 10,36 persen tenaga kerja di sektor industri. Di Indonesia, aktivitas produksi tekstil telah terintegrasi dari hulu sampai hilir, bahkan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.

MEMPERHATIKAN – Menteri Perindustrian Saleh Husin memperhatikan kain yang diproduksi dengan teknologi mesin tekstil terkini ketika meninjau Pameran Indo Intertex, Indo Dyechem, Indo Texprint, dan Inatex di Jakarta, 27 April 2016. Di Indonesia, industri tekstil dan aneka tekstil (TPT) merupakan industri padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang atau sekitar 10,36 persen tenaga kerja di sektor industri. Di Indonesia, aktivitas produksi tekstil telah terintegrasi dari hulu sampai hilir, bahkan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional. (tubasmedia.com/istimewa)

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional menunjukkan kinerja yang cukup gemilang. Pada Februari 2016, nilai ekspor naik sebesar 6,81 persen jika dibandingkan periode sebelumnya (month on month).

Industri ini merupakan industri padat karya, yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang atau sekitar 10,36 persen tenaga kerja di sektor industri. Di Indonesia, aktivitas produksi tekstil telah terintegrasi dari hulu sampai hilir, bahkan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.

“Kita sudah menyasar ke industri tekstil ke non-woven dan ke depan akan terus diperkuat. Ini bagian strategi diversifikasi produk sekaligus perluasan pemasaran ekspor,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin pada pembukaan Musyawarah Nasional Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) ke-14 sekaligus meresmikan Pameran Indo Intertex, Inatex, Indo Dyechem, dan Indo Texprint di JI-Expo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (27/4).

Produk non woven itu diantaranya digunakan untuk material pembangunan infrastruktur jalan tol, agro-textiles, medis, industri makanan dan minuman, industri otomotif serta industri manufaktur konsumsi lainnya.

Pengembangan produk itu turut memperkuat daya saing yang menjadi modal kuat bagi industri TPT nasional. Apalagi, pasar tektil masih luas dan juga permintaannya besar.

“Dalam periode lima tahun terakhir, rata-rata meningkat sebesar 9,9 persen per tahun, dimana Indonesia baru bisa mensuplai 0,47 persen dari kebutuhan dunia,” tuturnya.

Menperin optimistis pasar global industri TPT akan terus membaik dengan diikuti kenaikan permintaan. Untuk itu, peluang yang ada dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan terus melakukan peningkatan daya saing dan perluasan pasar ke non tradisional.

Hal lain yang penting, kata Menperin, potensi pasar dalam negeri harus tetap dijaga. “Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia dan tingkat pendapatan per kapita yang terus meningkat, akan menjadi pasar yang sangat potensial bagi industri TPT nasional,” ulasnya seraya mengharapkan industri TPT semakin rajin memperkenalkan branding Indonesia.

Menperin mengungkapkan, agar produk industri nasional dapat lebih berdaya saing di pasar global, antara lain harus memiliki mutu yang baik, memenuhi standar produk yang menjamin kesehatan, keselamatan, dan keamanan bagi penggunanya serta aman untuk lingkungan. Bahkan juga harga yang kompetitif dan dapat diterima pasar.

“Untuk mencapai daya saing tersebut, dibutuhkan keterlibatan semua elemen pemerintahan baik pusat maupun daerah, serta seluruh stakeholders terkait, termasuk dunia usaha dan asosiasi,” tegasnya.

PAKET KEBIJAKAN

Lebih lanjut, Menperin menambahkan, pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan industri nasional, antara lain melakukan deregulasi dengan memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang masih dirasa menghambat di berbagai kementerian dan lembaga.

Di samping itu, menyusun peraturan mengenai sistem pengupahan untuk menjamin kepastian dalam sistem pengupahan, penurunan harga gas, diskon dan penundaan pembayaran rekening listrik bagi industri. “Dilakukan juga pengembangan pusat logistik berikat yang menyediakan barang-barang kebutuhan industri dan penyangga ekspor,” tuturnya.

Ketua Umum API Ade Sudrajat mengatakan, hasil perdagangan luar negeri produk TPT mencatatkan surplus dengan kontribusi terbesar dari produk benang dan pakaian jadi. “Pada 2015 masih surplus cukup baik yakni USD 4,31 miliar atau naik 3,19 persen dari tahun sebelumnya,” ujarnya.

Dia juga menuturkan dinamika investasi TPT yang pada 2014 sebesar 5,96 triliun dan naik menjadi Rp 8,14 triliun pada 2015. Investasi sepanjang 2011-2015 didominasi Penanaman Modal Asing (PMA), menurutnya, mengkonfirmasi Indonesia masih sangat prospektif menjadi tujuan investasi industri tekstil.

“Kami tetap optimistis, industri TPT nasional tepat eksis dan berkembang. Harapan juga datang dari Pemerintah yang cukup responsif dengan dikeluarkannya sejumlah Paket Kebijakan Ekonomi yang diharapkan dapat mempercepat recovery industri,” papar Ade.

Sementara itu, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Harjanto memaparkan total ekspor industri di Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada bulan Februari 2016 ekspor industri mencapai USD 8,69 miliar atau naik sebesar 0,97 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year) sebesar USD 8,61 miliar. Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya (month on month), mengalami kenaikan sebesar 11,21 persen. (sabar)

CATEGORIES
TAGS